Ditolak Masyarakat, Bagaimana Nasib Jenazah Pelaku Bom di Surabaya?
Nasional

Di sisi lain, buku 'gaul' para pelaku teror terungkap. Begini cara pelaku bom Surabaya berinteraksi dengan warga hingga tak dicurigai sebagai teroris.

WowKeren - Sadis, kata itulah yang menggambarkan aksi keji pelaku bom bunuh diri yang ada di tiga gereja Surabaya pada Minggu, 13 Mei 2018, pagi. Bagaimana tidak, selain membunuh banyak jemaah gereja tak berdosa, pelaku bernama Dita Oepriarto itu juga dengan tega mengajak istri dan keempat anaknya untuk melakukan bom bunuh diri.

Padahal selama ini, sosok Dita dianggap sebagai pria yang santun dan ramah. Bahkan ia pernah menjadi Ketua RT di kediamannya hingga 10 tahun lamanya. Begitu pula sang istri, Puji Kuswati yang pernah menjadi ketua PKK di RT yang sama.

Rupanya para pelaku memiliki buku "gaul", cara berinteraksi dengan warga lain agar tak dicurigai sebagai teroris. Kamuflase tersebut berupa karakter yang berbeda yang teroris di lingkungan mereka tinggal. Mereka menjadi lebih terbuka.

"Buku panduan mereka sudah ditemukan, sudah dapatkan. Di sana disebut untuk menghadapi kamuflase kepada masyarakat akhirnya mereka berkamuflase yang seperti umumnya mengeksklusifkan diri, ini berbeda. Orang belum nyapa, dia sudah nyapa duluan," ujar Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Pol Frans Barung Mangera dalam jumpa pers di Mapolda Jawa Timur, Surabaya, Selasa (15/5). "Kamuflase pelaku bom di Surabaya dengan kebiasaan pelaku teror di Indonesia berbeda banget."


Jenazah Dita dan keluarganya akan disemayamkan di kawasan TPU Tembok Gede, Jalan Tembok, Tembok Dukuh, yang tak jauh dari kediaman orangtua Dita. Namun sebagian masyarakat menolak. Begitu juga dengan warga Banyuwangi yang ada di lingkungan rumah orangtua Puji.

Hingga saat ini semua jenazah pelaku bom teror masih berada di RS Bhayangkara, Surabaya. Masih belum ada pihak keluarga yang mengambil jenazah tersebut.

"Sampai saat sekarang pukul 14.00 WIB belum satu pun keluarga dari para pelaku teror di Surabaya dan Sidoarjo yang datang ke RS Bhayangkara, mengakui keluarga tersebut," ujar Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Pol Frans Barung Mangera. "Kehadiran keluarga sangat diperlukan untuk kita bandingkan sesuai dengan scientific forensic, untuk keakuratan data."

Karena itu, pihak kepolisian mengundang keluarga pelaku bom untuk segera datang. Mereka pun memberikan batas waktu. Jika di luar batas waktu, maka jenazah akan menjadi tanggung jawab polisi.

Sebanyak 13 pelaku tewas dalam teror bom di Surabaya. Enam tewas dalam pengeboman di tiga gereja, tiga tewas dalam ledakan bom di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo, dan empat tewas dalam bom bunuh diri di gerbang Mapolrestabes Surabaya. Mereka berasal dari keluarga Dita Oepriarto, Anton Ferdiantono, dan Tri Murtiono. Jenazah para pelaku masih berada di RS Bhayangkara.

(wk/diah)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terbaru