Terima Nobel Perdamaian, Nadia Murad Mantan Budak Seks ISIS Serukan Keadilan
Getty Images/Erik Valestrand
Dunia

Nadia Murad terus menyuarakan agar tidak ada pihak yang menggunakan pemerkosaan sebagai senjata untuk perang.

WowKeren - Nadia Murad, aktivis berusia 25 tahun asal Irak menerima Nobel Perdamaian pada Senin (10/12). Ia merupakan warga Irak pertama yang menerima nobel perdamaian sepanjang sejarah.

Tak sendiri, Murad berbagi penghargaan tersebut bersama dengan Denis Mukwege, seorang pakar ginekologi asal Kongo. Keduanya memang gencar menyerukan perlawanan atas penggunaan aksi pemerkosaan sebagai senjata perang.

Murad sendiri berhasil melepaskan diri dari dari kebrutalan pasukan ISIS pada tahun 2014 lalu. Sedangkan, dokter Mukwege telah berkecimpung mengobati para korban pemerkosaan sejak dua dekade terakhir.

Dalam pidatonya, Murad menegaskan bahwa kasus pemerkosaan terhadap wanita menjadi masalah internasional. “Melindungi kaum Yazidi dan pihak yang lemah di seluruh dunia merupakan tanggung jawab dunia internasional,” tegas Murad dalam pidatonya.

Murad menyesalkan bahwa masih ada saja kasus pemerkosaan di abad 21 yang modern ini. Bahkan ribuan wanita dan gadis Yazidi menjadi korban, di era globalisasi yang seharusnya hak-hak asasi manusia dijunjung tinggi.


Murad mengatakan bahwa para gadis dan wanita tersebut diculik, dijual, dan diperkosa setiap hari. Ia berharap hati nurani para pemimpin dari seluruh dunia bisa tergerak dan ikut membela hak gadis-gadis tersebut.

“Para gadis muda dijual, dibeli, disekap, dan diperkosa setiap harinya,” ucap Murad. “Tidak dapat dibayangkan bahwa hati nurani para pemimpin di 195 negara tidak tergerak untuk membebaskan para gadis ini.”

Meskipun begitu, keadilan yang dimaksud bukan serta merta harus membunuh para pelaku. Menurutnya, pelaku tindak kriminal terhadap kaum Yazidi harus dijatuhi hukuman secara khusus. “Bagi saya, keadilan bukan berarti membunuh mereka semua yang melakukan tindak kriminal yang melawan kita,” terang Murad.

Murad berasal dari desa Kocho di Irak bagian utara. Desa ini merupakan wilayah perbatasan antara negara Irak dengan Syiria.

Sekitar bulan Agustus 2014 lalu, tentara ISIS menyerbu desa tempat Murad tinggal. Mereka membunuh para lelaki, menculik anak-anak, dan menyekap mereka. Ribuan wanita juga dipaksa menjadi budak seks para tentara tersebut.

Murad menjadi satu dari ribuan wanita yang dipaksa menikah dengan tentara ISIS. Tak hanya dianiaya, ia juga diperkosa ramai-ramai sebelum akhirnya bisa melarikan diri. Dengan bantuan dari salah satu keluarga muslim di sana dan menggunakan identitas palsu, ia berhasil kabur ke daerah Kurdish dan membaur dengan para kaum Yazidi di kamp pengungsian.

(wk/wahy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terbaru