Prabowo Kembali Sindir Wartawan, Sebut Mata Mereka di Dengkul
Nasional

Prabowo mengaku ia tidak peduli jika awak media mau meliput atau tidak Konferensi Nasional Gerindra.

WowKeren - Beberapa waktu lalu, Prabowo Subianto sempat mengungkapkan kekesalannya pada awak media soal Reuni 212 yang digelar Minggu (12/12). Sebab menurutnya, media di Indonesia seakan menutup mata karena tidak mau meliput acara sebesar itu.

Rupanya kekecewaan ini masih berlanjut. Kini, ia kembali menyindir wartawan saat menghadiri Konferensi Nasional Partai Gerindra yang digelar di Sentul, Bogor, Jawa Barat Senin (17/12).

Prabowo menyebut wartawan yang hadir di konferensi tersebut bersiap untuk meliput berita tentang dirinya jika salah bicara. Kalimat tersebut dilontarkannya saat dirinya tengah membahas hubungannya dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

“Waduh ada wartawan ya?” tanya Prabowo ketika tengah berpidato di Bogor, Jawa Barat pada Senin (17/12). “Jangan-jangan wartawan datang nunggu saya salah bicara,” kata Prabowo.

Ia pun menegaskan bahwa dirinya tak mau ambil pusing jika wartawan mau meliputnya ataupun tidak. Prabowo masih sakit hati mengingat media tak mau memberitakan acara Reuni 212.

“Ya terserah lah, lu mau liput silakan lu gak liput silakan,” tambah Prabowo. “Kalau 13 juta mereka enggak lihat, mungkin mereka ingin melihat 30 juta.”


Tak hanya itu, Prabowo juga sempat menyebut mata para awak media ada di dengkul. Menurut Prabowo, inilah penyebab mereka tidak melihat 13 juta orang yang hadir di acara Reuni 212 lalu.

“Yang aneh dan bin ajaib, banyak sekali media-media kita yang tidak melihat 13 juta orang,” kata Prabowo. “Mata mereka mungkin ada di dengkul?”

Pernyataan Prabowo ini membuat pihak Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma’ruf Amin angkat bicara. Kata-kata Prabowo yang terkesan menghina wartawan justru menunjukkan sifat asli calon presiden nomor urut 02 tersebut.

“Tidak paham apa yang dikerjakan oleh wartawan, apalagi sampai menghina wartawan,” kata Arya Sinulinnga selaku juru bicara TKN dilansir okezone Selasa (18/12). “Akhirnya kita bisa lihat karakter beliau terhadap profesi wartawan.”

Arya juga menambahkan bahwa media memiliki hak untuk menayangkan atau tidak menayangkan suatu peristiwa. Oleh sebab itu, mereka tidak bisa dipaksa untuk meliput. “Itu haknya media, karena media memiliki ruang redaksi yang independen,” tukas Arya.

Sakit hati Prabowo membuatnya sudah tidak lagi percaya dengan media mainstream. Meskipun begitu, ia tetap membaca surat kabar. Bukan untuk mencari berita yang sesungguhnya, tapi hanya untuk melihat kebohongan yang dibuat media setiap harinya.

(wk/wahy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru