Fenomena Pasang Air Laut Tidak Normal, BMKG Beri Penjelasan Kronologi Rinci Tsunami Selat Sunda
REUTERS
Nasional

BMKG akhirnya menjelaskan penyebab dan kronologi terjadinya tsunami Selat Sunda yang mengakibatkan ratusan korban tewas.

WowKeren - Tsunami yang menerjang kawasan Selat Sunda pada Sabtu (22/12) kemarin begitu mengagetkan masyarakat Indonesia. Pasalnya, tsunami tersebut datang secara tiba-tiba dan menggulung banyak orang di sekitarnya. Pasca terjangan tsunami, ratusan orang dikabarkan tewas sementara bangunan di daerah terdampak rusak parah.

Tak disebabkan karena adanya aktivitas gempa bumi, tsunami yang terjadi di Selat Sunda ini disebut muncul lantaran adanya longsor dalam laut. Diketahui, aktivitas Gunung Anak Krakatau yang berlokasi di Selat Sunda juga mengalami peningkatan.

Setelah sempat menjadi perdebatan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akhirnya memberikan penjelasan mengenai penyebab dan kronologi rinci terjadinya tsunami. Hal ini disampaikan oleh Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono seperti dilansir dari CNN Indonesia pada Senin (31/12).

Berdasarkan penjelasan Rahmat, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah mendeteksi adanya aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau di Lampung pada Jumat (21/12). Beberapa aktivitas lain seperti adanya erupsi dan kolom abu berhasil diamati saat Gunung Anak Krakatau berada dalam status level II atau waspada.


Akibat adanya erupsi ini, kemudian terjadi longsor lereng Gunung Anak Krakatau yang mencapai 64 hektare pada Sabtu (22/12) pukul 20.56. Sebelumnya, BMKG juga telah memberikan peringatan gelombang tinggi yang berlaku dari (22/12) hingga (25/12).

"Sebelumnya, kami telah memberi peringatan dini gelombang tinggi yang berlaku pada 22 Desember 2018 pukul 07.00 WIB hingga tanggal 25 Desember 2018 pukul 07.00 WIB di wilayah perairan Selat Sunda dengan ketinggian 1,5-2,5 meter", ujar Rahmat. Namun, alat BMKG yang didesain untuk mendeteksi adanya aktivitas gempa ini tidak menangkap adanya sinyal-sinyal akan terjadi tsunami akibat longsoran Gunung Anak Krakatau.

"Sistem Peringatan dini tsunami yang dimiliki BMKG saat ini hanya untuk tsunami yang disebabkan gempa bumi tektonik," jelang Rahmat. "Sedangkan tsunami yang melanda Selat Sunda adalah akibat aktivitas vulkanik sehingga sistem peringatan dini tsunami tidak mampu memproses secara otomatis dan tidak memberikan warning tsunami."

Selanjutnya, pada pukul 21.30 WIB, BMKG mendapatkan laporan mengenai kepanikan warga akibat aktivitas air laut pasang yang tidak normal. Setelah diperiksa, ternyata memang terjadi perubahan permukaan air laut di beberapa wilayah. Setelah itu, pihaknya baru memberikan konfrimasi bahwa benar terjadi tsunami. BMKG pun lantas mengeluarkan pernyataan bahwa telah terjadi tsunami yang bukan dipicu karena aktivitas kegempaan atau tektonik.

(wk/silm)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terbaru