Soal Kelebihan Jam Kerja Magang Mahasiswa Indonesia, Begini Penjelasan Pemerintah Taiwan
Hsing Wu University Indonesia Association
Dunia

Pemerintah Taiwan menepis anggapan jam kerja sepuluh jam sehari dan menegaskan bahwa maksimal jam kerja adalah delapan jam.

WowKeren - Sebanyak 300 mahasiswa Indonesia diduga menjadi korban kerja paksa di Taiwan. Berdasarkan laporan di lapangan, para mahasiswa diharuskan bekerja selama sepuluh jam dalam sehari. Terkait hal ini, pemerintah Taiwan memberikan penjelasan.

Ketua Perwakilan Kantor Ekonomi dan Dagang Taipei (TETO) Indonesia di Jakarta, John C Cen, menerangkan mekanisme jam kerja mahasiswa yang mengikuti “Program Magang Industri Universitas”. Salah satunya Universitas Hsing Wu.

Ia menuturkan bahwa dalam sehari, mahasiswa melakukan magang selama delapan jam. Namun, mungkin ada mahasiswa yang mengatakan bahwa jumlahnya menjadi sepuluh jam.

Ia kemudian meluruskan bahwa waktu dua jam sisanya adalah untuk beristirahat. Jam kerja ini berlaku selama empat hari dalam seminggu.

“Untuk internship seharinya itu 8 jam kerja, namun mungkin ada siswa yang mengatakan 10 jam kerja, padahal 2 jam itu adalah untuk jam istirahat,” kata John di Gedung Artha Graha, Jakarta Selatan pada Jumat (4/1). “Jadi yang benar adalah maksimum 8 jam sehari dan 2 jam untuk istirahat. Selama 4 hari.”


Pemerintah Taiwan juga menepis anggapan jam kerja yang berlebihan. John menegaskan bahwa untuk magang maksimum adalah 20 jam dan part time 20 jam.

“Mengenai jam kerja yang berlebihan juga tidak benar,” papar John. “Sesungguhnya maksimum 20 jam kerja untuk internship dan 20 jam kerja untuk part time, sifatnya boleh tidak mengambil.”

Ia kembali menegaskan bahwa untuk kerja part time, sifatnya tidak mengikat. Mahasiswa boleh mengambil jika memang ingin. Namun, hal itu tidak wajib.

“Ditekankan lagi siswa berhak untuk tidak mengambil kerja part time,” jelas John. “Part time itu sifatnya tidak wajib, tidak harus diambil.”

John juga mengatakan bahwa di tahun pertama berjalan, sempat ada oknum nakal yang memanfaatkan program ini. Sebab, waktu itu baik pemerintah, universitas, maupun mahasiswa belum berpengalaman. Namun seiring waktu berjalan, program ini kemudian tidak boleh ditangani oleh agen.

“Namun dengan berjalannya waktu, sekarang sudah tahun kedua, Pemerintah Taiwan juga mendengar permasalahan ini,” terang John. “Sehingga membuat peraturan bahwa sekarang ini tidak boleh lagi ditangani oleh agen, tidak boleh melalui agen, harus langsung.”

(wk/wahy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru