BMKG mencatat terjadi 11 kali gempa bumi dengan magnitudo rata-rata 3,0 SR dan semakin menurun hingga 2,8 SR pada Kamis (10/11) sore.
- Bertilia Puteri
- Jumat, 11 Januari 2019 - 08:24 WIB
WowKeren - Gempa bumi beruntun sebanyak 11 kali terjadi di wilayah Selat Sunda pada Kamis (10/1) sore. Berdasarkan keterangan resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), runtutan gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.
"Aktivitas gempa tersebut tidak menyebabkan peningkatan kenaikan muka air laut di sepanjang pantai Selat Sunda," jelas Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, dalam keterangan tersebut. Aktivitas gempa ini berada dalam radius 36,5 kilometer dari Gunung Anak Krakatau.
BMKG mencatat terjadi 11 kali gempa bumi dengan magnitudo rata-rata 3,0 SR dan semakin menurun hingga 2,8 SR. Kedalaman pusat gempa 1 kilometer pada rentang waktu mulai pukul 16.59 WIB hingga 18.35 WIB.
Rahmat menjelaskan bahwa menurut hasil monitoring BMKG melalui Tide Gauge milik Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Water Level milik BMKG, aktivitas gempa tersebut tidak menyebabkan peningkatan ketinggian air laut atau tsunami. Runtutan gempa tersebut terdeteksi di 7 stasiun seismik milik BMKG, yaitu di Tangerang, Serang, Cigeulis, Muara Dua, Bandar Lampung, Sukabumi, dan Liwa.
Informasi tersebut lalu dibagikan oleh akun Twitter resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) DKI Jakarta. BPBD DKI Jakarta kembali menegaskan bahwa peristiwa gempa yang mengguncang Selat Sunda tersebut tidak berpotensi tsunami.
#PeringatanDiniJKT :
— BPBD DKI Jakarta (@BPBDJakarta) 10 Januari 2019
Press Release
KAMIS SORE 10 JANUARI 2019 TERJADI AKTIVITAS GEMPA BERUNTUN DI SELAT SUNDA, TIDAK BERPOTENSI TSUNAMI
Info lengkap >>> https://t.co/i1BLHDHipp
Sumber :
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami #BMKGhttps://t.co/cxW1BKWFCypic.twitter.com/VPvqR5tJ4l
Oleh karena itu, BMKG meminta agar masyarakat tetap tenang. Rahmat menghimbau publik untuk tidak terpengaruh oleh informasi dari pihak-pihak tak bertanggungjawab.
"Masyarakat diminta untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh informasi/ berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," tutur Rahmat. "Informasi resmi hanya bersumber dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang disebarluaskan melalui kanal-kanal komunikasi terverifikasi."
(wk/Bert)