Bukti Islam Tak Selamanya Arab, Ini 8 Masjid dengan Arsitektur Tionghoa di Indonesia
Travel

gimana jadinya jika budaya Islam dan Tionghoa disatukan dalam sebuah bangunan, ya? Intip di sini, yuk.

WowKeren - Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai budaya. Dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika, rakyat Tanah air dapat hidup berdampingan meskipun memiliki agama, ras, suku yang berbeda.

Akulturasi budaya di Indonesia kerap memunculkan kekayaan dalam berbagai hal. Salah satunya terlihat dalam gaya arsitektur bangunan, misalnya masjid.


Masjid merupakan tempat ibadah umat muslim. Biasanya, masjid selalu bergaya Arab atau timur tengah dengan kubah dan ornamen-ornamen khas. Namun, Islam tak selamanya Arab.Terdapat banyak masjid di penjuru Indonesia yang dibangun dengan nuansa Tionghoa.

Nah, berikut 8 masjid di Indonesia yang bergaya oriental. Simak keindahannya di bawah ini, yuk.

(wk/nris)

1. Masjid Muhammad Cheng Ho di Surabaya


Masjid Muhammad Cheng Ho di Surabaya

Kalian pasti sudah tidak asing dengan Laksamana Cheng Ho. Seorang laksamana dari Tiongkok yang melayari puluhan pusat kerajaan dan pelabuhan dagang di Asia dan Afrika, membawa pertukaran budaya dan menyebarkan agama Islam. Berkat jasanya, Cheng Ho selalu diingat dan dikenang, bahkan telah banyak masjid yang dibangun dengan namanya.

Salah satu masjid tersebut berada di Surabaya dengan nama, Masjid Muhammad Cheng Ho. Masjid ini dibangun dengan arsitektur Tiongkok yang memiliki banyak filosofi. Pada bagian atas bangunan yang bertingkat tiga bentuknya segi delapan dan menyerupai pagoda dalam kepercayaan Tiongkok berarti keberuntungan.

Masjid Muhammad Cheng Ho Surabaya tak hanya bergaya Tiongkok, namun juga dipadukan dengan budaya Jawa dan Arab. Ukuran masjid yang 11 x 9 meter juga memiliki filosofi. Angka 11 mengikuti ukuran awal Kakbah yang dibangun Nabi Ibrahim dan angka 9 berasal dari Wali Songo yang mempengaruhi penyebaran Islam di Nusantara.

Selain itu, Masjid Muhammad Cheng Ho yang dapat menampung sekitar 200 jamaah ini didominasi dengan warna merah, kuning, biru dan hijau. Masyarakat Tionghoa percaya bahwa keempat warna tersebut merupakan simbol dari kebahagiaan, kemasyhuran, harapan dan kemakmuran. Arsitektur yang sangat indah membuat masjid ini kerap dikunjungi wisatawan juga, lho. Saat bulan Ramadhan, lokasi ini bakal ramai saat ngabuburit.

2. Masjid Muhammad Cheng Ho di Batam


Masjid Muhammad Cheng Ho di Batam

Masjid Muhammad Cheng Ho juga dibangun di Batam, Kepulauan Riau. Masjid tersebut diresmikan pada 2015 lalu dengan gaya arsitektur Tiongkok lengkap dengan ornamen yang berpadu indah bersama rangkaian huruf-huruf Arab.

Masjid ini dibangun lantaran Laksamana Cheng Ho pernah singgah di Batam. Perlu kalian ketahui bahwa Masjid Muhammad Cheng Ho di Batam merupakan replika dari yang berada di Surabaya. Jadi, tak heran jika bentuknya terbilang mirip.

Masjid Muhammad Cheng Ho di Batam semakin populer dan menjadi salah satu ikon wisata di daerah tersebut. Bahkan wisatawan asing yang berkunjung ke Batam tak lupa untuk singgah dan mengintip langsung keindahan arsitektur masjid satu ini. Selain itu, tak jauh dari lokasi, terdapat replika kapal Laksamana Chen Ho. Kapal tersebut didesain semirip mungkin dengan kapal Cheng Ho pada masanya.

3. Masjid Al-Islam Muhammad Cheng Ho di Palembang


Masjid Al-Islam Muhammad Cheng Ho di Palembang

Palembang juga memiliki masjid yang dibangun untuk mengingat Laksamana Cheng Ho, yakni Masjid Al Islam Muhammad Cheng Ho. Masjid ini mulai dibangun sejak 2005 dan diresmikan pada 2008. Dilihat dari arsitektur, masjid satu ini merupakan akulturasi dari tiga kebudayaan yakni Islam, Tionghoa dan tentunya Palembang.

Masjid Al-Islam Muhammad Cheng Ho di Palembang memiliki dua menara di samping bangunan utama. Menara tersebut berbentuk seperti pagoda, namun pada bagian paling tingginya memiliki bentuk tanduk kambing yang merupakan ciri Khas Palembang. Kedua pagoda tersebut memiliki tinggi 17 meter dengan 5 tingkat atap. Angka tersebut merupakan pemaknaan dari salat fardu, yaitu 17 rakaat dan 5 waktu dalam satu hari.

Masih membawa budaya Tionghoa, Masjid Al-Islam Muhammad Cheng Ho di Palembang ini dominan dengan warna merah dan hijau. Selain itu, pada mihrab masjid terdapat kayu yang disusun secara bertumpuk, mengingatkan pada bentuk pigura yang banyak digunakan sebagai penghias struktur bangunan di era Cina Klasik.

4. Masjid Jami' PITI Muhammad Cheng Ho di Purbalingga


Masjid Jami' PITI Muhammad Cheng Ho di Purbalingga

Belum lepas dai Laksamana Cheng Ho, Sebuah masjid di Purbalingga dibangun untuk mengenangnya. Masjid Jami' PITI Muhammad Cheng Ho yang baru diresmikan pada 2011 lalu ini menjadi salah satu tujuan wisata di Purbalingga.

Berbeda dengan masjid-masjid sebelumnya yang memiliki nuansa Islam dan budaya Indonesia, Masjid Jami' PITI Muhammad Cheng Ho di Purbalingga ini sangat kental dengan arsitektur khas Tionghoa. Bangunannya memiliki atap yang tumpang tiga. Ukiran kaligrafi di masjid ini juga tidak sebanyak masjid-masjid lainnya. Masjid ini dapat dikatakan sangat mirip dengan kelenteng.

Jika masjid lain berwarna merah pada setiap dindingnya, Masjid Jami' PITI Muhammad Cheng Ho di Purbalingga memiliki warna puitih gading. Warna merah hanya berada pada pila-pilar masjid dan ukiran.

5. Masjid Al-Mahdi di Magelang


Masjid Al-Mahdi di Magelang

Jika kalian berkunjung ke Magelang, jangan heran jika suara adzan berkumandang dari sebuah bangunan yang terlihat seperti kelenteng. Di resmikan pada 2017 lalu, masjid ini kerap menarik perhatian lantaran memiliki arsitektur khas Tionghoa, lengkap dengan lampion merah yang tergantung pada bagian depan. Namun jangan salah, masing-masing lampion berhiaskan lafal asmaul husnah, lho.

Masjid ini memiliki menara pada sisi kirinya setinggi 5 meter. Menara itu memiliki empat tingkatan yang masing-masing berbentuk lubang. Kemudian dipuncak menara terdapat kubah sederhana bertuliskan lafal Allah.

Masjid Al-Mahdi dibangun di tanah wakaf seorang keturunan Tionghoa di daerah tersebut. Dibangunnya masjid ini merupakan kehendak warga setempat yang 50% keturunan Tionghoa dan 50% dari Jawa.

6. Masjid Al-Imtizaj di Bandung


Masjid Al-Imtizaj di Bandung

Pindah ke Bandung, terdapat masjid dengan nuansa oriental yang cukup kental, yakni Masjid Al-Imtizaj. Masjid satu ini diresmikan dan mulai beroperasi pada 2010 silam. Masjid Al-Imtizaj merupakan bukti adanya pembauran antara semua umat muslim dari etnis mana pun .

Masjid Al-Imtizaj memiliki sebuah gapura pada bagian depan yang berbentuk oval dengan gaya khas Tionghoa. Arsitektur masjid juga masih memiliki budaya Islam dengan kubah pada bagian atasnya. Selain itu, area masjid sangat nyaman dengan adanya pohon dan bunga yang menghiasai tiap sudutnya. Meski banyak kendaraan yang melintas di depannya, area masjid tetap sejuk.

7. Masjid KH M. Bedjo Darmoleksono di Malang


Masjid KH M. Bedjo Darmoleksono di Malang

Masjid dengan gaya khas Tionghoa selanjutnya adalah Masjid KHM Bedjo Darmoleksono. Masjid ini berada di lingkungan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Masjid ini dibangun terlbih dahulu lantaran ingin segera dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar.

Budaya Tionghoa pada masjid ini terlihat dari atap bangunan yang bertingkat-tingkat. Kemudian dua pilar berwarna merah pada bagian depannya. Selain itu, pintu masuk masjid juga dibuat oval layaknya kelenteng.

Nama KH M. Bedjo Darmoleksono digunakan lantaran ia merupakan pelopor Muhammadiyah di Malang. Kiai Bedjo adalah mubaligh yang memiliki ilmu agama sangat tinggi dan pernah menjadi pimpinan Muhammadiyah Malang.

8. Masjid Tan Kok Liong di Bogor


Masjid Tan Kok Liong di Bogor

Masjid Tan Kok Liong merupakan bagian dari komplek Pondok Pesantren Terpadu At-Ta'ibin. Pembangunan masjid ini dimulai pada tahun 2005 silam. Bangunan Masjid Tan Kok Liong sangat menarik lantaran terinspirasi dari dinasti di Tiongkok.

Masjid ini memiliki tiga lantai dengan ukuran 16 x 20 meter. Masjid Tan Kok Liong juga didominasi dengan warna merah menyala khas Tionghoa. Di dalamnya, kalian akan menemukan berbagai ornamen naga terutama pada bagian sudut atap masjid.

Ibadah salat di Masjid Tan Kok Liong dilakukan di lantai satu dan dua. Lantai dasar merupakan area kantor pesantren. Selain itu, terdapat kubah di bagian atap depan lantai dasar masjid. Kubah tersebut berbeda dengan masjid lainnya karena ukurannya kecil tidak seperti masjid-masjid yang identik memiliki kubah yang besar.

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait