BPN Prabowo Akui Relawannya Kampanye Soal Larangan Azan Jika Jokowi Menang
Instagram/ferdinand_hutahaean
Nasional

Jubir BPN, Ferdinand Hutahaean, menjelaskan bahwa kampanye dilakukan oleh Pepes (Partai Emak-Emak Pendukung Prabowo-Sandi).

WowKeren - Video viral dua ibu-ibu mengkampanyekan Joko Widodo akan melarang azan dan mengizinkan pernikahan sesama jenis apabila terpilih dalam Pilpres 2019 membuat heboh warganet. Pemilik akun yang mengunggah video tersebut kini juga telah diamankan oleh polisi.

Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pun mengakui bahwa ibu-ibu dalam video tersebut merupakan relawan mereka. Menurut juru bicara BPN Prabowo-Sandi, Ferdinand Hutahaean, mereka tergabung dalam relawan Pepes (Partai Emak-Emak Pendukung Prabowo-Sandi).

"Mereka itu dari relawan Pepes. Saya tidak tahu kepanjangannya apa," jelas Ferdinand dilansir CNNIndonesia.com, Senin (25/2). "Tapi mereka memang dari Pepes. Mereka sudah dapat sertifikasi dari BPN."

Pepes sendiri telah mendapat sertifikasi dari BPN Prabowo-Sandi. Namun Ferdinand mengungkap bahwa sertifikasi tersebut tidak ditandatangani langsung oleh Prabowo

"Prabowo tidak menandatangani langsung," terang Ferdinand. "Relawan itu disertifikasi bisa oleh Ketua (BPN), Wakil Ketua, Direktur Relawan."

Meski mengakui bahwa sejumlah ibu-ibu tersebut merupakan relawan Prabowo-Sandi, Ferdinand menegaskan bahwa isu yang mereka bahas tidak datang dari BPN. Menurut Ferdinand, isu yang diangkat oleh para relawan di berbagai daerah dibahas secara mandiri.

Ferdinand pun membela kampanye yang telah dilakukan oleh ibu-ibu relawan Pepes tersebut. Ia menilai bahwa para relawan tersebut hanya menyampaikan kekhawatiran mereka apabila Jokowi terpilih kembali.


"Mereka itu sampaikan apa yang mereka rasakan dan duga akan terjadi," ujar Ferdinand. "Jadi mereka menyampaikan prasangka."

Ada beberapa isu yang disampaikan oleh kelompok ibu-ibu tersebut. Mulai dari isu Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT), hingga larangan azan.

"Ada informasi hal-hal seperti ini (LGBT) tak boleh dikecam, karena nanti dianggap lakukan kekerasan terhadap kelompok tertentu," jelas Ferdinand. "Baru pada rezim inilah azan jadi diributkan dan jadi isu yang harus diperbincangkan. Bahkan masyarakat minoritas berani protes azan. Ini pertanda tidak baik dan zaman dulu tidak ada. Atas inilah emak-emak itu kampanye, mereka sampaikan prasangkanya."

Ia juga menolak untuk mengkategorikan isu tersebut sebagai kampanye hitam. Pasalnya, menurut Ferdinand, ibu-ibu tersebut hanya menyampaikan kekhawatirannya.

"Jadi ini bukan kampanye hitam. Ini sama seperti saya menyebut 'Jika Jokowi menang saya khawatir ekonomi Indonesia ambruk'," jelas Ferdinand. "Itu bukan kampanye karena saya punya dasar, data-data mendukung kekhawatiran saya. Model berpikir emak-emak itu sama seperti saya."

Ferdinand lantas menantang Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin untuk menjawab isu tersebut dengan argumen politik. Bukannya dengan laporan ke polisi.

"Pesan kami ke pemerintah terutama Jokowi dan timnya, isu ini silakan dibantah dengan argumen politik juga," ujar Ferdinand. "Jangan sedikit-sedikit penjarakan orang, lah."

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru