Cerita Wiranto Soal Tragedi 98: SBY Tanya 'Kita Ambil Alih?', Saya Katakan Tidak!
Nasional

Wiranto sempat menyinggung Susilo Bambang Yudhoyono dalam ceritanya tentang tragedi 1998.

WowKeren - Menko Polhukam Wiranto menyebut bahwa dirinya bisa saja menjadi Presiden kala tragedi 1998 pecah. Namun kesempatan tersebut tidak diambil karena Wiranto mengaku bukanlah orang yang "gila kekuasaan".

Hal tersebut disampaikan Wiranto dalam acara seminar nasional Forum Nasional Mahasiswa Anti Penyalahgunaan Narkoba 2019 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kamis (28/3). Wiranto bercerita bagaimana Indonesia dapat selamat dari tragedi 1998 dan ada upaya menggulingkan pemerintahan yang sah.

"1998 saya di sana, adik-adik bahkan mungkin baru 3 tahun, 5 tahun, belum tahu seperti apa, mungkin ada yang belum lahir. Muncul isu Pak Wiranto enggak mau ambil alih, enggak mau melaksanakan perintah presiden," tutur Wiranto. "Pak Wiranto membuat kekacauan. Pak Wiranto bukan orang yang gila kekuasaan. 1998 saya sudah Menteri Pertahanan Keamanan, Panglima ABRI. Itu bahasa Jawanya sakti mandraguna."

Menurut Wiranto, saat itu Presiden Soeharto mengangkat Panglima ABRI sebagai Panglima Komando Operasi Kewaspadaan dan Keselamatan Nasional. Wiranto pun mendapat sejumlah tambahan kewenangan melalui Instruksi Presiden tersebut.


"Semua menteri, pemerintah pusat dan daerah membantu keputusan saya. Kalau saya gila kekuasaan, seperti di Thailand, langsung ambil alih saja, umumkan darurat militer, ambil alih, saya sudah jadi presiden waktu itu," jelas Wiranto. "Tetapi waktu saya bertanya pada staf saya, kalau saya ambil alih, gedung DPR MPR kita bersihkan dari mahasiswa yang mati berapa kira-kira? Asisten intelijen saya bilang, 'pak kira-kira 200 mahasiswa mati'. Waduh, mahal sekali harganya. Setelah itu pasti akan ada perang saudara. Makanya tidak diambil alih."

Wiranto lantas bercerita soal Susilo Bambang Yudhoyono. Diketahui, SBY dulunya merupakan anak buah Wiranto.

"Pak SBY itu anak buah saya dulu, sekarang presiden kita dua periode. Dulu kepala staf saya, kepala staf sospol. Beliau nanya pada saya, 'Bapak Panglima, bagaimana, besok kita ambil alih?'," ujar Wiranto. "Saya katakan tidak, kita antarkan besok pergantian kepemimpinan dari presiden kepada wakil presiden. Itu yang saya lakukan. Alhasil kita bisa melaksanakan reformasi dengan selamat sampai sekarang."

Meski demikian, Wiranto mengaku tidak pernah menyesali keputusannya. Pasalnya, menurut Wiranto, pembangunan bangsa harus dilakukan lewat proses demokrasi yang benar.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terbaru