Jemaat Lintas Agama Sendu Peringati Setahun Tragedi Bom Surabaya dan Tolak Aksi People Power
Nasional

Aksi peringatan tersebut mengusung tema 'Refleksi Peristiwa 13 Mei: Merawat Ingatan Merajut Kemanusiaan' dan digelar di Gereja Santa Maria Tak Bercela (SMTB), Ngagel, Surabaya.

WowKeren - Tragedi teror bom di tiga rumah ibadah di Surabaya rupanya sudah memasuki masa peringatan satu tahun. Sejumlah warga kota Surabaya pun menggelar doa lintas agama dan menyalakan seribu lilin untuk memperingati peristiwa tersebut pada Senin (13/5) malam.

Aksi peringatan tersebut mengusung tema Refleksi Peristiwa 13 Mei: Merawat Ingatan Merajut Kemanusiaan. Agenda tersebut digelar di Gereja Santa Maria Tak Bercela (SMTB), Ngagel, Surabaya, yang juga merupakan salah satu lokasi ledakan.

"Ini adalah setahun memperingati peristiwa 13 Mei. Maka ujubnya (doa) itu difokuskan untuk bagaimana memberikan makna yang mendalam dari peristiwa tersebut," jelas pengurus Gereja SMTB, Deograsias Yosep, Senin. "Kebetulan juga dalam misa ini pertemuan para Romo se-Surabaya berkumpul di gereja ini. Dan ada begitu banyak tokoh agama mendoakan peristiwa tersebut."

Pastor Gereja SMTB, Romo Eka Winarno, yakin bahwa doa lintas agama tersebut dapat menguatkan para jemaat untuk bangkit dari trauma pasca ledakan bom. "Kami mendoakan korban (jemaat), melalui doa ini kami berharap sembuh atau pulih, itu memang tidak bisa diukur, tapi (korban) mereka memaafkan, karena pelaku juga keliru menafsir dalam memahami agama," jelas Romo Eka.

Di sela aksi peringatan tersebut, terdapat pula deklarasi untuk menolak gerakan people power pasca Pemilu dan Pilpres 2019. Deklarasi tersebut dipimpin oleh Presidium Majelis Luhur Kepercayaan Terhadap Tuhan Maha Esa Jatim, Oto Bambang Wahyudi.


"Pancasila jaya, NKRI harga mati. Terima kasih pelaksanaan Pemilu 2019, di Jawa Timur, berlangsung dengan lancar aman transparan dan jujur," ujar Oto diikuti oleh para jemaat. "Kami menolak adanya aksi people power karena mencederai nilai-nilai demokrasi dan berakibat memecah belah bangsa."

People power menurutnya merupakan ancaman kehidupan umat beragama. Pasalnya, gerakan tersebut dinilai bisa merusak sistem demokrasi Indonesia.

"Dengan adanya people power itu akan merusak sistem demokrasi kita," jelas Oto. "Kedua, itu akan juga merusak kerukunan antar umat yang ada di Indonesia, ini yang harus kita hindarkan."

Oleh sebab itu, Oto berharap setelah seluruh gelaran Pemilu selesai, semua dapat kembali seperti semula. Masyarakat sendiri juga diharapkan sadar atas pentingnya persatuan.

"Sehingga bangsa kita setelah selesai Pemilu bisa kembali bersatu. Pasangan 01 dan 02 di jumlah sama dengan 03. 03 dalam Pancasila adalah Persatuan Indonesia," tutur Oto. "Harapan kita, berilah mereka kesadaran bahwa persatuan ini penting daripada terjadinya konflik. Karena konflik akan membawa korban material, moril dan kelangsungan dari negara ini."

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru