Pelindo Hentikan Proyek Reklamasi Tanjung Benoa Meski Nyaris Rampung
Nasional

Reklamasi Tanjung Benoa di Provinsi Bali terpaksa dihentikan oleh Pelindo sebab diperkarakan oleh Gubernur Bali I Wayan Koster karena kerusakan lingkungan.

WowKeren - Reklamasi Tanjung Benoa masih mengalami polemik hingga saat ini. Proyek besutan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III ini mengalami penolakan dari masyarakat Bali dan juga gubernurnya. Meski telah mengalami penolakan dari awal proyek tersebut dimulai, PT Pelindo tetap melanjutkan proses reklamasi itu.

Gubernur Bali I Wayan Koster pun geram tuntutan rakyatnya mengenai pemberhentian reklamasi ini tak kunjung digubris. Gubernur yang baru saja dilantik pada tahun 2018 ini akhirnya melayangkan surat resmi penolakan proyek reklamasi itu.

"Saya sebagai gubernur meminta PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III untuk segera menghentikan reklamasi di areal seluas 85 hektare di sekeliling Pelabuhan Benoa," kata Koster saat jumpa pers yang dilansir oleh Detik. "Penghentian ini karena pengerukan itu telah merusak ekosistem bakau seluas 17 hektare serta memicu sejumlah pelanggaran."

Akibat peringatan keras dari gubernur tersebut, PT Pelindo pun akhirnya memutuskan untuk memberhentikan sementara proyek reklamasi itu. Padahal, menurutnya proyek tersebut sudah hampir selesai.

"Saat ini proyek reklamasi sudah 95%, data 88 persen itu per Juli, per Agustus ini sudah 95%," kata VP Corporate Communication PT Pelindo III Wilis Aji Wiranata pada Rabu (27/8). "Jadi sudah tahap finalisasi tinggal finish kan diminta berhenti. Ya pokoknya diminta oleh gubernur untuk berhenti ya sudah kami berhenti sambil kami meminta untuk mediasi,"


Hingga saat ini pihaknya masih menunggu jadwal mediasi dari Pemerintah Provinsi Bali. Ia ingin mempertanyakan apa yang dipersoalkan oleh Koster karena menurutnya, dampak lingkungan itu terjadi tahun lalu dan saat ini sudah dalam tahap pemulihan.

Wilis mengakui bahwa terdapat lahan mangrove yang rusak yang diakibatkan oleh proses pengurukan lahan di Pelabuhan Benoa. Akan tetapi, ia memastikan bahwa jumlah lahan mangrove yang rusak tak sampai 17 hektare seperti yang dikatakan oleh Koster sebelumnya.

"Memang saat terjadinya pasang surut itu ada lumpur yang istilahnya mengalir ke lokasi mangrove. Nah itu yang membuat mangrove bagian depan terdampak itu di depan mungkin di depan-depan hanya sekitar 7 hektare-an, jadi bukan yang 17 (hektare) tidak," jelas Willis. "Ini langkah kami sudah kami lakukan akhir tahun lalu dan penanaman mangrove sudah kita teruskan."

Ia mengatakan bahwa PT Pelindo pun telah menanam mangrove sejak Februari 2019 lalu. Dalam proses tersebut pihaknya juga menggandeng PT Tahura Ngurah Rai untuk melakukan penanaman.

"Februari kami menanam 50 ribu mangrove dan sampai sekarang menurut pemantauan dan laporan 90 persen berhasil dan hidup. Jadi posisi dari Februari sampai sekarang, dan mulai bulan depan kami akan menanam lagi," ungkapnya. "Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk pemulihan mangrove itu."

(wk/wahy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru