PUPR Beda Pendapat Dengan Kemenhub Soal Biang Kerok Kecelakaan Maut Purbaleunyi
Nasional

Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub, Budi Setiyadi, menduga biang kerok kecelakaan tersebut adalah geometrik jalan Tol Purbaleunyi atau Tol Cipularang yang tidak biasa.

WowKeren - Kecelakaan beruntun yang terjadi di KM 91 Tol Purbaleunyi arah Jakarta pada Senin (2/9) siang melibatkan sedikitnya 21 kendaraan dan korban tewas sejumlah 8 orang. Kecelakaan ini bukanlah yang pertama kalinya terjadi di ruas tol yang juga dikenal dengan nama Cipularang itu.

Kementerian Perhubungan bahkan sampai menerjunkan dua tim khusus dalam mendalami kasus kecelakaan maut ini. Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub, Budi Setiyadi, menduga biang kerok kecelakaan tersebut adalah geometrik jalan yang tidak biasa.

Geometrik jalan sendiri dapat diartikan sebagai bentuk maupun ukuran jalan raya. "Kalau saya lihat dari sisi geometrik jalan itu memang jalan kan agak tikungan dan kemudian turunan," tutur Budi pada Senin (2/9).

Menurut Budi, geometrik tol Purbaleunyi, khususnya dari arah Bandung menuju Jakarta, membuat kendaraan cenderung akan memacu kecepatan tinggi. "Nah mungkin di situ lah pada saat dari Bandung menikung itu mungkin kecepatan cukup tinggi kemudian turunan gitu," jelas Budi.

Meski demikian, Budi belum mengambil kesimpulan resmi terkait penyebab kecelakaan maut tersebut. Budi sendiri menilai kecelakaan kali ini menonjol karena banyaknya jumlah korban jiwa dan kendaraan yang terlibat. Apalagi kecelakaan ini juga menyebabkan kebakaran.

"Nanti pasti akan dilakukan semacam kajian untuk tidak terulang lagi kejadian," terang Budi. "Saya juga ingin tahu sebenarnya faktor penyebabnya apa."


Meski Kemenhub menduga penyebab kecelakaan tersebut berkaitan dengan geometrik jalan, hal berbeda justru diungkapkan oleh Kementerian PUPR. Kasubdit Pemantauan dan Evaluasi Jalan Bebas Hambatan dan Perkotaan Ditjen Bina Marga, Wahyudi, menyebut bahwa faktor kendaraan dan human error lah yang kerap menjadi biang kerok kecelakaan di ruas tol tersebut.

"Banyaknya faktor kendaraan. Truk-truk atau kendaraan yang overload, over dimensi," jelas Wahyudi dilansir detikFinance pada Selasa (3/9). "Laporan awalnya kan remnya blong."

Selain itu, Wahyudi mengaku bahwa berdasarkan hasil safety audit dari kecelakaan yang selama ini terjadi, faktor jalan belum pernah menjadi penyebabnya. Karena jalan tol telah dibangun sesuai standar.

"Kalau jalan semua masih sesuai SPM (standar pelayanan minimum) jalan tol," ujar Wahyudi. "Yang banyak itu kita punya kecelakaan karena kendaraan, masalah manusia, masalah pengemudi. Dari faktor jalan sejauh ini belum."

Meski demikian, Wahyudi juga masih menunggu hasil safety audit kasus kecelakaan terbaru ini. Setelah mendapatkan hasilnya, akan ada rekomendasi yang bakal segera ditindaklanjuti demi meminimalisir insiden serupa.

"Nanti ada langkah-langkah berikutnya setelah dilakukan safety audit," pungkas Wahyudi. "Semua dari hasil audit akan ada rekomendasi apa langkah yang akan dilakukan."

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru