Pengamat Usul Tarif Tol Dinaikkan Demi Tekan Angka Kecelakaan di Purbaleunyi
Nasional

Pengamat transportasi Deddy Herlambang menyebut bahwa kecelakaan di ruas tol Purbaleunyi (Cipularang) sering disebabkan oleh volume kendaraan yang melebihi kapasitas ruas jalan.

WowKeren - Ruas Tol Purbaleunyi (Cipularang) kerap memakan korban. Terbaru, kecelakaan yang melibatkan 21 kendaraan terjadi di KM 91 Tol Purbaleunyi arah Jakarta pada Senin (2/9) siang.

Pengamat transportasi, Djoko Setiowarno, lantas menyinggung soal perlunya pengawasan hingga pembatasan muatan kendaraan yang melewati ruas jalan tol. Diketahui, kecelakaan yang baru saja terjadi itu diawali dengan tergulingnya dump truck bermuatan tanah.

"Jadi kalau truk bawa material itu memang enggak ada pengawasan," tutur Djoko pada Selasa (3/9). "Saya kira muatan-muatan tanah itu siapa yang ngawasi, berapa muatannya, kondisi sopirnya seperti apa."

Tak hanya itu, Djoko juga menilai perlunya petugas yang berjaga di ruas tol. Pasalnya, keberadaan petugas dinilai dapat meningkatkan kepatuhan pengendara terhadap peraturan lalu lintas.


"Kalau saya lihat, dengan adanya kecelakaan itu perlu ada petugas yang selalu standby. Intinya daerah-daerah rawan seperti itu selain kita perbaikan geometrik atau untuk kesalahan, tapi perlu juga ada (yang mengawasi)," jelas Djoko. "Dan kalau daerah-daerah yang dianggap black spot saya pikir ya tidak bisa tidak, kadang-kadang perlu juga polisi untuk selalu standby di sana, secara bergantian ya."

Di sisi lain, pengamat transportasi Deddy Herlambang menyebut bahwa kecelakaan di ruas tol sering disebabkan oleh volume kendaraan yang melebihi kapasitas ruas jalan. Para pengguna jalan juga banyak yang tidak mau mematuhi peraturan lalu lintas.

"Sering terjadinya kecelakaan karena volume kendaraan yang lebih dari standar kapasitas jalan tol. Behavioral dan attitude pengguna jalan juga tidak dalam standar keselamatan," terang Deddy. "Misalnya, kecepatan melebihi 100 km/jam, jalan dan menyalip di bahu tol, jarak antar kendaraan terlalu dekat sehingga ketika terjadi benturan tidak siap."

Oleh sebab itu, Deddy menyarankan agar tarif tol dinaikkan demi mengurangi volume kendaraan. Electronic Traffic Law Enforcement (E-TLE) atau tilang elektronik juga diharap bisa berlaku di jalan tol.

"Di tol diberlakukan tarif mahal, jadi sedikit yang menggunakan tol. Juga diberlakukan E-TLE atau pemantauan kecepatan secara OBU (on board unit), juga termasuk gakkum (penegakan hukum) serta tilang," ungkap Deddy. "Sekadar contoh, karena tol sudah terlalu padat, laka tadi siang di Tol Purbaleunyi, sekali laka langsung melibatkan 20-an mobil. Coba bandingkan bila tol volumenya tidak padat, laka paling hanya melibatkan 2-4 mobil."

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait