Lapor ke Komnas HAM, Ikatan Mahasiswa Sebut Polisi Alat Pembunuh
Nasional

Ikatan Mahasiswa mendatangi Komnas HAM agar membantu dalam pengusutan kasus kematian kedua mahasiswa di Kendari, Sulawesi Tenggara. Mereka juga mengkritik sifat represif polisi dengan menyamakan polisi sebagai alat pembunuh pemerintah.

WowKeren - Beberapa waktu terakhir demo mahasiswa yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia menimbulkan korban tewas. Menyikapi adanya korban tewas yang jatuh tersebut, puluhan pengurus pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) mendatangi kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Jakarta, Jumat (27/9).

Hal ini dilakukan demi meminta agar Komnas HAM terlibat langsung untuk mengusut kasus kematian dua mahasiswa Kendari yang juga merupakan kader IMM saat unjuk rasa dan bentrok dengan polisi di Gedung DPRD Sulawesi Tenggara, Kamis (26/9). "Kami minta pengawalan Komnas HAM untuk mengusut tuntas karena dua teman kami sudah ditembak," kata salah satu anggota IMM dalam orasinya.

Pihak IMM menilai jika tindakan represif yang dilakukan oleh aparat dalam mengawal unjuk rasa mahasiswa tersebut tidak dapat dibiarkan begitu saja. Lebih lanjut, orator mengatakan jika kekerasan aparat sengaja dilakukan untuk memukul mundur mahasiswa.

Kekerasan yang terjadi tak cuma dilakukan di Sulawesi Tenggara. Namun dilakukan mahasiswa yang menggelar demonstrasi terhadap pengesahan Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RKUHP), UU KPK dan RUU bermasalah lain di beberapa daerah.

Orator pun menegaskan jika pemerintah menjadikan polisi sebagai alat negara untuk membunuh rakyat, termasuk mahasiswa. "Polisi dijadikan alat negara untuk membunuh kita," ujarnya.


Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) IMM Riyan Betradelza meyakini bahwa kematian dua rekannya disebabkan oleh aparat kepolisian. "Jadi bukan (peluru karet). Kami yakini itu dilakukan oknum aparat yang mengamankan aksi," kata Riyan.

Sebelumnya telah diberitakan jika aksi demonstrasi mahasiswa yang berlangsung di depan Gedung DPRD Sulawesi Tenggara, Kota Kendari pada Kamis (26/9) telah menewaskan 2 orang mahasiswa. Kedua mahasiswa tersebut adalah Randy (21) yang meninggal dunia di tengah-tengah berlangsungnya demonstrasi setelah terkena tembakan, dan Muh Yusuf Kardawi (19) yang meninggal setelah mendapatkan perawatan di RS Bahteramas Kendari, Sulawesi Tenggara.

Meninggalnya kedua korban tersebut mendapatkan perhatian Presiden Joko Widodo. Presiden pun mengucapkan bela sungkawanya kepada kedua mahasiswa yang tewas usai aksi unjuk rasa di gedung DRRD Sulawesi Tenggara, Kendari.

"Innalillahi," kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (27/9). "Saya atas nama pemerintah menyampaikan duka cita yang mendalam atas meninggalnya Randi dan Yusuf (dua mahasiswa Universitas Halu Oleo Kendari)."

Selain itu, Jokowi memerintahkan untuk dilakukan investigasi lebih lanjut terkait meninggalnya kedua mahasiswa tersebut. "Saya juga sudah sejak awal ulangi ke Kapolri agar jajarannya tidak represif. Saya perintahkan dilakukan investigasi dan jajarannya," tegas Jokowi. "Karena Kapolri bilang tidak ada apapun dalam demo ini bawa senjata. Jadi, akan ada investigasi lebih lanjut."

(wk/wahy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru