Begini Tanggapan Dokter Jiwa Soal Sikap Arteria Dahlan Bentak Emil Salim
Nasional

Begini tanggapan dari dokter kejiwaan seputar sikap temperamental yang ditunjukkan Arteria Dahlan dengan membentak-bentak Emil Salim di siaran televisi yang berlangsung live.

WowKeren - Anggota DPR sekaligus Politikus PDI Perjuangan Arteria Dahlan telah menjadi buah bibir masyarakat akibat emosi meledak-ledaknya yang ditunjukkan saat melakukan diskusi di acara "Mata Najwa" pada Rabu (9/10) malam. Arteria Dahlan terlihat begitu temperamental dan membentak-bentak lawan diskusinya yaitu Emil Salim.

Aksi Arteria ini telah membuat gerah publik setelah dirinya terlibat perdebatan sengit dan mengeluarkan umpatan negatif yang dipertontonkan secara live se-Indonesia kepada Emil Kamil. Arteria menyebut sosok Emil Kamil yang merupakan ahli dan guru besar ekonomi serta sudah berpengalaman di pemerintahan sejak era Soeharto ini dengan ungkapan "Prof. Sesat".

Sontak aksi tersebut sukses menjadi trending topic di Twitter dimana warganet ramai menghujat sikap Arteria. Ahli kejiwaan pun ikut mengomentari dan menganalisa terkait emosi meledak-ledak Arteria Dahlan yang memang diketahui cukup sering lepas kendali di depan publik.

Seorang psikiater bernama dr I Gusti Rai Putra Wiguna, SpKJ dari Sudirman Medical Centre Bali menganalisa sikap temperamental Arteria dari sudut pandang masalah kejiwaan. Menurut Rai, sikap Arteria tersebut belum tentu memiliki kecenderungan ke arah penyakit mental dan perlu dilihat dari intensitas atau banyaknya emosi yang sering dilakukan.


Rai mengatakan jika diperlukan analisa lebih mendalam untuk melihat apakah Arteria sering melakukan hal tersebut seperti marah-marah di depan publik atau tidak. Lebih lanjut Rai menjelaskan jika sikap temperamental dan marah-marah yang berlebihan dapat menjadi salah satu gejala dari pengidap gangguan depresi, gangguan bipolar atau penyalahgunaan NAPZA.

"Marah yang terlalu hebat dan sering muncul tentu sangat mengganggu sehingga perlu mengikuti anger management. Perlu berkonsultasi pada psikiater atau psikolog klinis untuk mempercepat pemulihan," jelas Rai pada Kamis (10/10). "Tapi jangan stigma wah ini gangguan jiwa nih, kita ke psikiater atau psikolog bukan semata-mata untuk gangguan jiwa tapi untuk memperbaiki kapasitas diri kita."

Emosi marah sendiri merupakan ekspresi emosi sekunder dan ekspresi primer. Dokter Rai menjelaskan jika emosi kemarahan dapat dipengaruhi oleh berbagai macam rasa seperti kecewa, malu, sedih frustasi, tak nyaman, tidak dihargai, kesepian, rasa jijik, perasaan tidak aman (insecure), penolakan, merasa terjebak, rasa tidak dihargai, rasa takut, dan lain-lain.

Tak hanya itu, Rai juga menjelaskan jika marah dapat membuat hormon stres menjadi meningkat sehingga dapat menyebabkan sel-sel saraf di bagian tertentu akan mengalami kerusakan seperti prefrontal cortex yang dapat membuat orang marah cenderung membuat keputusan buruk. Marah yang berlebihan juga dapat mempengaruhi memori otak atau hippocampus sehingga membuat kita dapat melupakan apa yang akan dikatakan ketika tersulut emosi.

"Nah kalau kemudian kita yang menonton melihat dia yang aslinya seperti tidak bisa mengendalikan sendiri dalam ilmu kejiwaan hal itu bisa dijelaskan, jadi kita nggak punya kendali soal diri kita," kata Gusti Rai Putra Wiguna. "Itulah penjelasannya kenapa kalau kita marah jadi lost control."

(wk/wahy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru