Volume Lumpur di Surabaya Meningkat, Walkot Risma Diminta Tetapkan Status Darurat
Antara
Nasional

Bila status darurat ditetapkan, unsur-unsur terkait bisa segera mengambil langkah penanganan, seperti dengan membangun separator. Di sisi lain, volume semburan di lokasi pun dikabarkan terus meningkat.

WowKeren - Volume semburan lumpur berbau gas belerang di Perumahan Kutisari Indah Utara III, Surabaya dikabarkan kembali meningkat. Yang membuat masyarakat lebih resah, fenomena semburan lumpur ini diketahui telah berlangsung selama dua pekan.

Menanggapinya, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Timur, Setiajit, pun angkat bicara. Menurutnya fenomena alam yang sudah berlangsung hampir setengah bulan ini harus ditanggapi serius oleh Pemerintah Kota Surabaya.

Salah satunya dengan menetapkan status darurat. Hal ini dilakukan agar Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim bisa mengambil langkah antisipasi.

Lebih lanjut, menurut Setiajit, surat pernyataan status darurat dari Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini juga menjadi dasar pengambilan langkah berikutnya. Seperti dengan membangun separator untuk memisahkan kandungan lumpur, minyak, gas, dan air.

Nantinya separator ini akan dibuat oleh mahasiswa dan akademisi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Hanya saja anggaran sebesar Rp 150 juta diperlukan untuk membangun separator ini.


"BPBD bisa mengeluarkan anggaran untuk membangun separator ketika ada surat dari Wali Kota Surabaya," jelas Setiajit ketika ditemui awak media di kantornya, Surabaya, Rabu (9/10). "Yang menyatakan bahwa semburan lumpur itu darurat karena berada di tengah pemukiman warga."

Oleh karena itu, Setiajit meminta agar Risma bisa segera menetapkan status darurat atas fenomena tersebut. Bila status darurat ditetapkan, unsur terkait bisa segera mengambil langkah penanganan.

Di sisi lain, peningkatan volume semburan di lokasi kejadian dibenarkan oleh Camat Tenggilis Mejoyo, Ahmad Daya Prasetyono. Namun demikian peningkatan volume semburan tidak signifikan.

"Tetapi tidak sebesar yang pertama," jelas Ahmad, Kamis (10/10). "Memang naik (volumenya), sempat mengecil dan sekarang naik lagi namun tidak sebesar saat pertama kali semburan."

Informasi senada disampaikan pula oleh Ketua Ikatan Ahli Geologi Jatim, Handoko Teguh Wibowo. Menurutnya memang ada perubahan debit, khususnya pada semburan minyak dan air, yang meningkat jika dibandingkan dengan tiga hari sebelumnya.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru