Ombudsman Sebut Wajar Politisi PSI yang Kritik Anggaran Lem Aibon DKI Jakarta Ditegur
Nasional

Sebelumnya, anggota DPRD DKI Fraksi PSI, William Aditya Sarana, telah mendapat teguran dari Wakil Ketua Komisi A, Inggard Joshua, karena mengunggah rencana anggaran lem Aibon Rp 82,8 miliar ke media sosialnya.

WowKeren - Anggota DPRD DKI Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI), William Aditya Sarana, yang pertama kali buka suara soal kejanggalan rencana anggaran DKI Jakarta 2020 tengah banyak disorot. Salah satunya datang dari anggota Ombudsman, Adrianus Meliala.

Menurut Adrianus, William sebagai salah satu anggota DPRD seharusnya ikut membereskan kejanggalan anggaran tersebut. Bukannya melempar kejanggalan tersebut ke publik hingga timbul ketidakpercayaan masyarakat.

"Mereka (DPRD)-lah yang kemudian ribet nih, teriak-teriak. Jadi betul ketika suatu hal masih dalam situasi perbincangan kemudian dilepas ke publik memang secara etika itu juga salah sih menurut saya," tutur Adrianus di Gedung Ombudsman, Jakarta Selatan, pada Jumat (1/11). "Kenapa? Karena masih dalam pembahasan, kemudian ada anggota (DPRD) melepasnya, padahal dia sendiri punya ranah untuk itu, bisa teriak-teriak ya tanpa harus menceritakan ke publik."


William sendiri telah mendapat teguran dari Wakil Ketua Komisi A, Inggard Joshua, karena mengunggah rencana anggaran lem Aibon Rp 82,8 miliar ke media sosialnya. Adrianus pun menyebut bahwa teguran dari pimpinan komisi tersebut merupakan hal wajar.

"Jadi, kalau dilihat pendekatan etika lembaga, saya kira wajar kalau Ketua DPRD-nya menegur si PSI secara etika kelembagaan," jelas Adrianus. "Kalau dilihat advokasi sosial ya wajar juga untuk itu."

Meski demikian, Adrianus juga memberikan apresiasi kepada William. Pasalnya, kritik keras yang telah dilontarkan William dapat menjadi peringatan bagi satuan kerja perangkat daerah (SKPD) lain dalam menyusun rencana anggaran.

"Cara pikir ini kan mempersilakan satu hal, bahwa ada mitra tanding DPRD yang kritis, jeli, tahu anggaran, bahas keuangan, sehingga mampu melihat bahwa ini pada tahap asal masuk dulu, asal selesai dulu, gimana kalau tidak ada? Ya lewat, itu jadi bersifat ajeg (tidak berubah) dan lolos," ujar Adrianus. "Jadi, dalam pendekatan etik bersifat konvensional maka ya teman-teman PSI bekerja ramai mengkritisi dan jangan undang yang lain, karena kalau undang yang lain ujung-ujungnya ada demonstrasi lah, bully-lah, jadi melebar."

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait