Upaya Pemerintah Beri Akses Pendidikan di Pedalaman Papua
Nasional

Sejumlah daerah di pedalaman Papua masih belum mendapatkan akses pendidikan yang layak. Karena itu, selain pembangunan infrastruktur pemerintah juga perlu menyoroti soal akses pendidikan di wilayah pedalaman.

WowKeren - Pemerintah hingga kini masih melakukan upaya pendekatan politik dengan warga Papua melalui pembangunan infrastruktur. Selain infrastruktur, akses pendidikan terutama yang berada di pedalaman juga penting untuk diperhatikan.

Pasalnya, sejumlah wilayah di pedalam Papua masih belum bisa merasakan peningkatan akses pendidikan. Seperti yang berada di Desa Tangma, Kabupaten Yahukimo.

Desan Tangma sendiri diapit oleh pegunungan, dan dapat ditempuh dari Wamena sekitar 3 jam dengan menggunakan mobil offroad atau berjalan kaki sekitar 10 jam seperti yang biasa dilakukan warga setempat. Di desa tersebut hanya terdapat 2 SD dan 1 SMP, yaitu SD YPPGI Tangma, SMP YPPGI Tangma, dan SD Inpres Wamerek.

Kepala Sekolah SMP YPPGI Tangma Anike Tenouye, mengatakan jika para guru di Tangma bekerja dengan hati untuk mengajar siswa. Beberapa malah hanya sebagai relawan untuk mengajar tanpa adanya gaji dan perhatian dari dinas maupun pemerintah setempat.

"Guru SD dan SMP (YPPGI) 9 orang. Bukan (hanya) guru honorer, tapi sukarela," ujar Anike dikutip dari detikcom, Sabtu (7/12). "Tadinya ada yang ngajar di sini juga, tapi sudah punya SK (PNS) 4 orang, mereka milih tinggal di kota (dan tidak ngajar lagi)."


Sementara itu SD Inpres Wamerek rupanya mengalami hal yang lebih parah di mana hanya terdapat 1 guru yang mengajar 6 kelas sekaligus. Menurut Epanggis Soleman Hesegem, satu-satunya guru di SD ini, kepala sekolah tinggal di kota dan hanya datang ketika ujian tiba.

Anike mengatakan padahal SD YPPGI Tangma misalnya sudah berdiri sejak tahun 1963 dan kini memiliki sekitar 400 siswa. Namun, perubahan sarana dan prasarana seperti ruang kelas masih minim, kecuali dilakukan oleh gotong royong warga setempat.

"Tapi, kami yang ada ini semangat, kita bekerja pakai hati, kami punya harapan, kami punya masa depan buat anak-anak," terang Anike. "Namun, mereka guru punya kebutuhan, apalagi sebagai kepala keluarga."

Akses listrik dan internetnya yang sulit membuat sekolah di Tangma ketinggalan informasi terkini terkait pendidikan dan menggunakan kurikulum pendidikan lama. Bahkan Anike menambahkan jika Dinas Pendidikan setempat tak pernah berkunjung ke desa tersebut.

"Kami bergerak tanpa bantuan. Belum pernah kunjungi sendiri, tidak ada kontrol dari pemimpin," katanya. "Kita mau urus surat (administrasi saja) harus naik pesawat. Saya minta berapa kali ke dinas, sekolah yang benar dijalankan, tapi tidak pernah dapat kunjungan."

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru