'Raja' Keraton Agung Sejagat: Saya Mohon Maaf Semua Ini Fiktif
Nasional

'Raja' Keraton Agung Sejagat, Totok Santosa, meminta maaf atas perbuatannya yang telah menimbulkan keresahan di masyarakat, terutama warga Purworejo, Jawa Tengah.

WowKeren - "Raja" dan "Ratu" Keraton Agung Sejagat, yakni Totok Santosa dan Fanni Aminadia, telah mengakui kebohongan mereka. Kepolisian Daerah Jawa Tengah (Polda Jateng) menyebut bahwa kedua tersangka menyatakan bahwa mereka hanya berimajinasi soal kerajaan tersebut, alias halusinasi atau halu.

Totok lantas menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat atas perbuatannya selama ini. Pria berusia 42 tahun tersebut meminta maaf karena telah menimbulkan keresahan di masyarakat, terutama warga Purworejo, Jawa Tengah.

"Saya mohon maaf dimana Keraton Agung Sejagat itu fiktif," tutur Totok di Mapolda Jateng pada Selasa (21/1). "Yang kedua, janji kepada pengikut saya juga fiktif, selanjutnya telah membuat resah masyarakat pada umumnya dan warga Purworejo pada khususnya."

Menurut Totok, permintaan maafnya ini sekaligus mewakili Fanni. "Ini juga permintaan maaf berdua, dengan Fanni, saya mewakili juga," jelas Totok.


Lebih lanjut, Totok menyatakan bahwa dirinya dan Fanni menyerahkan seluruh proses hukum kepada pihak kepolisian. Ia juga pasrah dan menghormati proses hukum yang berlaku.

"Saya rasa untuk selanjutnya saya serahkan kepada proses hukum yang berjalan saja," ujar Totok. "Saya tidak mau berkomentar terlalu banyak saat ini. Saya menyesal."

Semenatara itu, kuasa hukum "Raja" dan "Ratu" Keraton Agung Sejagat, Muhammad Sofyan, menyebut bahwa kliennya tak bisa memberikan banyak keterangan terkait materi pemeriksaan penyidik. "Ini tadi Pak Toto sudah minta maaf ke publik, dan mengakui kesalahan dan penyesalan. Kalau yang berkait materi penyidikan, klien kami enggan," pungkas Muhammad.

Sementara itu, belakangan ini fenomena munculnya "kerajaan-kerajaan" baru kerap ditemui di Indonesia. Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid, lantas menilai bahwa sejatinya tidak ada yang aneh pada kemunculan kerajaan-kerajaan baru tersebut.

Hilmar menyatakan bahwa fenomena itu sudah terjadi sejak dulu sekitar tahun 1970-an. "Menurut saya tidak ada yang aneh. Dari waktu ke waktu terus bermunculan. Kalau kita lihat, sejak 1970-an, kerajaan seperti itu bermunculan," ujar Hilmar di Jakarta, Minggu (19/1).

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait