Badan Pusat Statistik (BPS) telah menyelenggarakan sensuk penduduk secara online mulai 15 Februari lalu. Pakar Keamanan Siber dari CISSReC Doktor Pratama Persadha pun menilai jika data tersebut berisiko bocor.
- Nidya Putri
- Kamis, 20 Februari 2020 - 19:59 WIB
WowKeren - Badan Pusat Statistik (BPS) tengah memulai sensus penduduk secara online pada 15 Februari lalu. Sayangnya, Pakar Keamanan Siber dari CISSReC Doktor Pratama Persadha mengatakan jika sensus online ini rawan akan potensi kebocoran data.
Pratama Persadha bahkan mencontohkan kebocoran data yang terjadi di Ekuador, Amerika Selatan, dimana tercatat 20 juta data terekspos. "Bocornya data seluruh penduduk satu negara itu diketahui pada bulan September 2019," kata Ketua Lembaga Riset Keamanan Siber dan Komunikasi CISSReC Pratama Persadha dilansir Antara, Kamis (20/2).
Pernyataan Pratama itu merespon perkataan Kepala BPS Suhariyanto yang mengatakan bahwa seluruh data individu dijamin kerahasiaannya oleh undang-undang. Bahkan, BPS telah melibatkan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dan ahli teknologi informasi untuk pencegahan serangan atau gangguan-gangguan siber sekaligus memastikan keamanan data.
"Namun, hak penduduk dan penggunaan data tidak dijelaskan secara detail sejak awal pengisian data pribadi secara mandiri (online) melalui alamat web sensus.bps.go.id," kata Suhariyanto.
Sebelumnya diketahui munculnya situs palsu yang mengatasnamakan sensus.bps.go.id. Informasi tersebut dibenarkan oleh Kepala Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, Margo Yuwono.
Margo mengatakan bahwa tak lama setelah pihaknya menerima laporan terkait situs palsu tersebut, BPS langsung berkoordinasi dengan Google. "Betul. Di hari pertama kita dapat informasi mengenai situs tersebut," kata Margo dilansir Kumparan, Rabu (19/2). "Kita langsung koordinasi dengan pihak Google dan sudah langsung menutup situs tersebut. Sekarang sudah tidak aktif."
Lebih lanjut, Margo menggiatkan masyarakat bahwa BPS tidak pernah meminta informasi mengenai nama ibu kandung. Sehingga jika ada situs sensus penduduk yang meminta pengguna menjawab pertanyaan tersebut maka bisa dipastikan situs itu palsu.
(wk/nidy)