Pakar AS Ungkap Gejala Baru Deteksi Dini COVID-19
Dunia

Dokter bidang THT dan laring di Amerika Serikat menyatakan ada beberapa gejala yang bisa diamati pada pasien positif COVID-19. Harapannya gejala ini bisa menjadi deteksi dini kasus positif.

WowKeren - Peneliti dan ahli medis di berbagai dunia terus melakukan penelitian demi menuntaskan wabah COVID-19. Tak hanya dari segi vaksin penangkalnya, cara mendeteksi penyakit ini lewat gejala luar pun turut dikembangkan mengingat banyak kasus positif yang asimtomatis alias tak bergejala namun tetap berpotensi menular.

Kini di sektor tersebut tampaknya mulai ada "angin segar". Sebab baru-baru ini seorang dokter dari Amerika Serikat menyebut kehilangan indera penciuman dan perasa bisa ditambahkan dalam parameter gejala ketika menskrining pasien COVID-19.

American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery menyebut gejala anosmia, atau kehilangan indera penciuman, dan dysgeusia, atau gejala kehilangan kemampuan merasa, seharusnya bisa digunakan untuk mengidentifikasi infeksi COVID-19.

"Anosmia, secara umum, ditemukan di pasien-pasien yang dinyatakan positif terinfeksi virus Corona," ujar peneliti dari akademi tersebut, dikutip dari situs resminya. "Bahkan di pasien yang tidak bergejala sekalipun." Orang-orang dengan gejala seperti itu, imbuh sang dokter, diharapkan untuk mengisolasi diri dan segera melakukan tes.

Pernyataan ini disampaikan usai ENT UK, perhimpunan dokter ahli bedah telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) di Inggris, menyatakan bahwa anosmia bisa menjadi salah satu gejala COVID-19. Namun gejala semacam anosmia memang sudah sejak lama identik dengan infeksi saluran pernapasan.


"Bukan hal yang aneh apabila virus novel COVID-19 juga menyebabkan anosmia pada pasien positifnya," terang ENT UK, dilansir dari CNN pada Selasa (24/9). "Sudah ada bukti soal itu di Korea Selatan, Tiongkok, dan Italia. Bahwa ada jumlah pasien yang cukup signifikan yang membuktikan bahwa infeksi COVID-19 diikuti dengan anosmia."

"Di Jerman, dua dari tiga pasien positif COVID-19 mengalami anosmia. Di Korea Selatan, dimana tes dilakukan dengan lebih merata, 30 persen dari pasien positifnya mengalami anosmia dan menjadi gejala paling banyak ditemui di kasus dengan infeksi ringan," imbuhnya.

Pernyataan ini pun turut dibenarkan oleh Koresponden CNN Bidang Kesehatan, Dr. Sanjay Guripta. Ia lantas menganalogikan temuan ini dengan 200 kasus awal di Tiongkok yang turut mengalami gangguan pencernaan.

"Dalam sebuah studi di Tiongkok, ada sekitar 200 pasien yang mengalami gangguan pencernaan," terang Gupta, Senin (23/3) pagi waktu setempat. "Padahal awalnya kita mengira infeksinya hanya dialami di saluran pencernaan."

Kendati demikian, Gupta menegaskan bahwa demam, batuk, dan kesulitan bernapas merupakan gejala yang paling mudah diamati pada pasien positif COVID-19.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait