Obati Pasien Positif Corona Dengan Darah Penyintas, Peneliti Justru Temukan Hal Mengerikan Ini
Dunia

Peneliti memulai metode pengobatan injeksi plasma darah penyintas COVID-19 ke tubuh pasien positif. Namun pengobatan ini justru mengungkap hal mengerikan lain, seperti di pasien ini.

WowKeren - Salah satu metode pengobatan yang tengah dikembangkan peneliti untuk menghadapi wabah virus Corona adalah menggunakan plasma darah penyintas. Metode ini dikembangkan sembari menanti vaksin penangkal maupun obat khusus untuk melawan virus Corona ditemukan.

Metode ini pun sudah diaplikasikan kepada seorang penderita COVID-19 di Tiongkok. Pasien itu merupakan pria paruh baya di Tiongkok yang tak disebutkan namanya.

Sayangnya dalam pelaksanaan pengobatan ini, tim medis justru menemukan hal yang cukup mengerikan. Sebab virus yang tengah menyerang pria tersebut diduga sudah berada di tubuhnya sejak 49 hari sebelum ia mulai dirawat karena dinyatakan positif COVID-19.

Tentu angka ini tidak bisa dianggap remeh. Sebab, sebagai pengingat, sebelumnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut masa inkubasi virus, atau durasi sejak virus pertama kali menyerang sampai memunculkan tanda-tanda infeksi, adalah sekitar 14 hari.

Angka inkubasi ini kemudian diperluas menjadi 2x14 hari karena ada beberapa pasien yang menunjukkan gejala pada hari ke-27. Namun kini angka ini semakin kabur lantaran masa infeksi ini berubah menjadi 49 hari.


Peneliti mengklaim strain baru virus ini jauh lebih sulit dibasmi tubuh. Mirisnya, gejala yang ditimbulkan dari penyakitnya begitu ringan dan nyaris tak terdeteksi sehingga tinggi potensi pembawa virus itu menularkan ke orang lain.

"Pasien dirujuk ke rumah sakit di Wuhan untuk diperiksa (COVID-19) pada 8 Februari 2020. Ia mengaku merasakan gejala seperti demam tinggi selama sepekan berturut-turut, namun tak ada gejala lain seperti batuk," jelas tim medis, dilansir dari Metro, Kamis (2/4).

Selain tak merasakan gejala apapun kecuali demam, beberapa lesi infeksi ditemukan di paru-parunya. Namun dengan pengobatan menggunakan plasma darah penyintas, lesi-lesi itu dilaporkan perlahan-lahan sembuh.

Kondisi ini jelas menarik perhatian para peneliti. Seperti misalnya peneliti dari Army Medical University di Chongqing yang menyebut virus serta tubuh inang telah 'bekerjasama' sehingga seperti hubungan simbiosis.

Berdasarkan hal ini, para peneliti yakin akan ditemukan strain baru virus Corona yang menimbulkan gejala lebih ringan. Meskipun tidak berpotensi menyebar luas, virus ini akan sulit dibasmi oleh sistem ketahanan tubuh.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru