Angka Perceraian di Tiongkok Meroket Pasca Lockdown Dicabut, Negara Lain Perlu Waspada?
Dunia

Tingkat perceraian di Tiongkok meningkat pesat usai kebijakan lockdown dicabut. Hal ini menjadi peringatan bagi pasangan di berbagai negara terutama untuk mereka yang baru saja pada tahap awal isolasi diri di rumah.

WowKeren - Angka perceraian di Tiongkok meningkat tajam usai kebijakan lockdown dicabut. Hal tersebut disebabkan karena semasa karantina banyak pasangan yang menghabiskan waktu bersama dan justru menimbulkan ketidakcocokan hingga berakhir pertengkaran hebat.

Pemerintah Tiongkok sendiri telah menerbitkan statistik nasional tentang perceraian tiap tahunnya, namun berdasarkan laporan dari berbagai media menunjukkan data perceraian yang melonjak pada bulan Maret lalu. Tak hanya itu, angka kekerasan dalam rumah tangga juga berlipat ganda.

Salah satunya seperti di Kota Xian, di Tiongkok bagian Tengah serta Dazhou, Provinsi Sichuan melaporkan jumlah pengajuan perceraian yang tinggi pada awal Maret. Kondisi ini menyebabkan tumpukan panjang di kantor-kantor pemerintah.

Sedangkan di Kota Miluo, Provinsi Hunan melaporkan bahkan staf tak memiliki waktu untuk beristirahat dan minum karena banyaknya pasangan yang mengantre. "Masalah sepele dalam hidup menyebabkan eskalasi konflik, dan komunikasi yang buruk telah menyebabkan semua orang kecewa dalam pernikahan dan membuat keputusan untuk bercerai," kata direktur pusat pendaftaran kota, Yi Xiaoyan, dilansir Bloomberg.


Pengacara perceraian Shanghai Steve Li di Gentle & Trust Law Firm mengatakan, beban kasusnya telah meningkat 25 persen sejak penutupan kota mereda pada pertengahan Maret. Perselingkuhan dulu menjadi alasan nomor satu klien muncul di pintu kantornya, tetapi tren kali ini berbeda.

"Semakin banyak waktu yang mereka habiskan bersama, semakin mereka saling membenci," kata Li menjelaskan kasus barunya. "Orang-orang membutuhkan ruang. Bukan hanya untuk pasangan, ini berlaku untuk semua orang."

Perlu diketahui tingkat perceraian di Tiongkok terus meningkat sejak tahun 2003. Lebih dari 1,3 juta pasangan bercerai dalam setahun. Bahkan menurut statistik dari Kementerian Urusan Sipil, jumlahnya meningkat secara bertahap selama 15 tahun, memuncak pada 4,5 juta pada 2018.

Adanya tren perceraian pasca lockdown dicabut ini tentunya menjadi sebuah peringatan untuk para pasangan di negara lain seperti Amerika Serikat, Asia dan lainnya. Terutama bagi pasangan yang baru saja pada tahap awal isolasi diri di rumah.

"Jika ketidak hadiran membuat hati semakin dekat, kebalikannya mungkin benar karena terlalu banyak waktu yang dihabiskan bersama dalam jarak dekat," kata pepatah.

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru