Usai Terpuruk, Kini Harga Minyak Dunia Kembali Merangkak Naik
Dunia

Usai terpuruk pada bulan Maret lalu, kini harga minyak dunia kembali merangkak naik. Hal ini disebabkan adanya kesepakatan dagang antara Rusia dan Arab Saudi yang sebelumnya berperang dingin.

WowKeren - Pandemi virus corona yang menyerang seluruh dunia berdampak pada banyak hal. Salah satu sektor yang terpengaruh adalah sektor ekonomi.

Seperti harga minyak dunia yang tertekan situasi. Pada Maret 2020, harga minyak dunia anjlok pasca Arab Saudi dan Rusia sedang perang dingin hingga tak ada kesepakatan dagang yang menguntungkan kedua belah pihak.

Kekinian, harga minyak dunia mulai kembali merangkak naik. Hal ini disebabkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang telah "mendamaikan" Arab Saudi dan Rusia.

Trump mengatakan bahwa kedua belah pihak sepakat untuk mengurangi produksi minyak mentah dan mengakhiri perang harga. Dilansir CNBC, harga minyak mentah West Texas Intermediate melonjak hingga 20 persen atau USD 4,12, menjadi USD 24,40 per barel.


Harga minyak mentah naik menjadi USD 27,39 pada Kamis (2/4). Sementara minyak mentah Brent melonjak 17 persen atau USD 4,37, diperdagangkan dengan harga USD 29,11 per barel.

Setelah membicarakan bersama Presiden Rusia Vladimir Putin serta Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Nayef, Trump berharap kedua negara mengumumkan untuk memangkas produksi minyak sebanyak 10 hingga 15 juta barel. "Saya berharap bahwa mereka akan mengurangi sekitar 10 juta barel, dan mungkin jauh lebih banyak," ujarnya melalui akun Twitter. "Jika itu terjadi, akan sangat bagus untuk industri minyak dan gas."

Kendati demikian, rincian pemotongan produksi minyak yang melibatkan kedua negara itu masih belum jelas. Trump juga tidak merinci bagaimana skema pemotongan dan pendistribusiannya ke seluruh negara penghasil minyak.

Kepala Pasar Minyak Rystad Energy Bjornar Tonhaugen menilai, meskipun kesepakatan itu sesuai dengan yang diharapkan Trump, persoalan kelebihan pasokan minyak masih belum bisa teratasi. "Masalahnya adalah besarnya kelebihan pasokan," terangnya. "Arab Saudi dan Rusia tidak akan secara langsung menghapus misalnya 5 juta barel per hari produksi minyak masing-masing. Mereka pasti akan memantau situasi pasar."

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru