Beri Klarifikasi, Keluarga PDP Corona yang Meninggal di Mojokerto Tegaskan Kooperatif Sejak Awal
Nasional

Pasien Dalam Pengawasan (PDP) asal DKI yang meninggal dunia di Mojokerto, Jawa Timur, pada 30 Maret lalu sempat diduga tidak jujur soal riwayat perjalanannya. Pihak keluarga menegaskan bahwa hal tersebut tidak benar.

WowKeren - Seorang pasien dalam pengawasan (PDP) virus corona asal DKI Jakarta sebelumnya dilaporkan meninggal di Kota Mojokerto, Jawa Timur, pada 30 Maret 2020 lalu. Pasien tersebut sempat diduga tidak kooperatif kala menceritakan riwayat perjalanannya.

Kini, pihak keluarga PDP pun memberikan klarifikasi atas tudingan tersebut. Dalam video yang diunggah ke kanal YouTube pada 1 April 2020, menantu PDP tersebut, Stefanus Gunawan Agustinus, memberikan penjelasan terkait pemberitaan yang beredar.

Stefanus mengaku bahwa keluarganya masih berada dalam suasana duka dan baru menyadari tentang pemberitaan yang kurang sedap tentang ayah mertuanya. Tudingan tersebut rupanya membuat keluarga Stefanus dikucilkan oleh masyarakat. Stefanus lantas meminta agar nama baik keluarganya dipulihkan.

"Kami tidak tahu bahwa ada berita seperti ini sebelumnya," tutur Stefanus. "Kami sangat kaget dan baru tahu bahwa ada orang-orang yang sejahat itu terhadap kami di tengah posisi berduka. Dan itu membuat kami sangat dikucilkan dan kami baru tahu itu penyebabnya."

Sebelumnya, PDP yang meninggal itu disebut sempat menolak untuk dilakukan tes swab. Stefanus pun menjelaskan bahwa ayah mertuanya kala itu sama sekali belum menjalani tes swab.


"Bagaimana mungkin Papi kami bisa melawan untuk dilakukan swab? Papi kami itu belum di-swab," ungkap Stefanus. "Memang Papi kami tidak kooperatif, itu dalam pemakaian masker oksigen. Pada waktu masker dipasang oleh perawat dari rumah sakit dimana orangtua kami dirawat. Masker oksigen. Belum pernah di-swab. Kami enggak melawan."

Stefanus mengungkapkan bahwa pihak keluarga kala itu merasa ketakutan dan ingin agar mendiang pasien segera sembuh. Sehingga tidak mungkin mereka melawan perawatan yang dianjurkan tenaga medis.

Setelah itu, Stefanus juga menyinggung soal pemberitaan yang menyebut mendiang ayah mertuanya itu berbohong soal kota asalnya. Stefanus menegaskan bahwa tidak mungkin ayah mertuanya berbohong lantaran kartu asuransi dan KTP yang diserahkan ke pihak rumah sakit dari awal sudah mencantumkan daerah asalnya, yakni Jakarta.

"Dari mana Papi kami bisa berbohong? Dari awal masuk rumah sakit, saya memakai kartu asuransi Papi saya, saya memakai KTP Papi saya. Itu Jakarta tulisannya jelas. Ketika Papi saya ditanya pun itu Jakarta Utara saya ingat jelas," tegas Stafanus. "Tapi kenapa bilang Papi kami tidak bilang?"

Di akhir video, Stefanus meminta agar Pemkot dan media membantu keluarganya untuk memulihkan nama baik sang ayah mertua. Ia juga berterima kasih pada pihak yang mau mendengarkan klarifikasi keluarganya.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru