Angka Infeksi COVID-19 di Dunia Tembus Sejuta, Puluhan Ribu Orang Kehilangan Pekerjaan
Dunia

Jumlah pasien terjangkit virus corona hingga saat ini telah mencapai angka satu juta di dunia. Hal ini tentunya menimbulkan berbagai dampak di sektor ekonomi seperti puluhan ribu orang yang kehilangan pekerjaannya.

WowKeren - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terus memperbarui data kasus positif COVID-19 di dunia. Hingga Jumat (3/4), tercatat sudah ada 1.015.754 orang yang dinyatakan positif terjangkit COVID-19. Jutaan orang ini tersebar dari berbagai kalangan dan usia di 204 negara.

Negara Amerika Serikat (AS) memimpin di peringkat teratas sebagai negara dengan kasus pasien corona terbanyak yaitu 245.573 orang. Adanya wabah ini tentunya membuat 10 juta warga AS harus kehilangan pekerjaannya dalam waktu dua minggu.

Para ekonom bahkan telah memperingatkan bahwa tingkat pengangguran dapat mencapai level yang tidak terbayangkan sejak wabah COVID-19 menyebar. Sektor ekonomi pun saat ini tengah terburuk apalagi setelah dimulainya resesi global atau kelesuan di sektor ekonomi dunia, dengan banyaknya orang kehilangan pekerjaan.

"Kecemasan saya memuncak, tidak tahu apa yang akan terjadi," ujar ujar Laura Wieder, mantan manajer bar olahraga di Bellefontaine, Ohio, yang diberhentikan dari pekerjaannya karena tempat tersebut telah ditutup.

Sebuah jajak pendapat dari The Associated Press-NORC Center untuk Penelitian Urusan Publik menunjukkan bahwa sekitar setengah dari keseluruhan warga AS yang saat ini masih bekerja di tengah pandemi COVID-19, melaporkan tentang berkurangnya penghasilan mereka. Sementara orang miskin dan merela yang tidak memiliki gelar sarjana disebut menjadi kelompok yang paling rentan kehilangan pekerjaan.


Tak hanya di Amerika, setidaknya satu juta orang yang berada di belahan benua Eropa juga diperkirakan kehilangan pekerjaan selama pandemi ini berlangsung. Seperti Spanyol yang melaporkan daftar panjang orang-orang yang kehilangan pekerjaan di negaranya dengan jumlah lebih dari 300.000 orang di bulan Maret.

Meski begitu, jumlah ini masih tampak jauh lebih kecil ketimbang angka AS. Hal ini disebabkan karena jaring pengaman sosial di Eropa jauh lebih besar.

Tak hanya kehilangan pekerjaan, permasalahan lain yang tengah dihadapi saat krisis seperti ini adalah kurangnya alat-alat medis serta terjadinya kelangkaan obat. Seperti yang terjadi di AS dimana kebutuhan untuk ventilator dan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis semakin langka. Hingga angka kematian akibat COVID-19 pun disebut terus meningkat dan kota New York menjadi wilayah paling 'mematikan' di AS, dengan hampir 2.400 orang meninggal dunia akibat COVID-19.

Sementara itu, Italia mencatat ada penambahan 760 angka kematian, dengan total orang yang meninggal akibat COVID-19 menjadi 13.900 orang, dan disebut sebagai yang terburuk di dunia. Namun pihak berwenang Italia juga menyebutkan bahwa angka infeksi baru terus menurun.

Adapula Prancis mencatat angka terkini yakni 4.500 kematian, dengan 471 orang meninggal dalam 24 jam terakhir. Namun para pejabat memperingatkan angka kematian akan melonjak secara signifikan karena mereka baru saja mulai menghitung kematian di panti jompo dan fasilitas untuk orang-orang tua lainnya.

Bahkan sembilan rumah sakit universitas terkemuka di Eropa memperingatkan bahwa mereka akan kehabisan obat esensial untuk pasien COVID-19 yang dirawat intensif, dalam waktu kurang dari dua minggu.

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait