BNPB Akui Data Kasus Corona Pemerintah Pusat dan Daerah Tak Sama
Nasional

Hal senada sebelumnya juga disampaikan oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang meyakini jika kasus positif corona di luar sana masih lebih banyak dari data yang disajikan pemerintah.

WowKeren - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) membenarkan jika data kasus corona yang disampaikan oleh pemerintah selama ini tidak sinkron dengan yang dimiliki oleh pemerintah daerah.

Hal itu sebagaimana dikemukakan oleh Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Agus Wibowo. Bukan tanpa alasan, ketidaksinkronan itu disebabkan karena data yang masuk ke Kementerian Kesehatan juga terbatas.

"Kami dapat feeding data dari Kemenkes terbatas," kata Agus, Minggu (5/4). "Jadi kami belum bisa menghasilkan data yang sangat lengkap atau terbuka."

Saat ini, BNPB tengah membuat aplikasi untuk melawan COVID-19. Aplikasi ini nantinya digunakan untuk menampung data terkait kasus positif sehingga lebih sesuai dengan yang ada di lapangan. "Kami kerahkan banyak tenaga baik dari BNPB, BPBD, termasuk militer dan polisi untuk entry data di seluruh Indonesia dan nanti connect ke aplikasi," ujarnya.


Terkait data pemerintah pusat yang tidak sinkron dengan data pemerintah daerah Agus menyebut kurang tahu pasti mengapa. Sebab selama ini, BNPB bertugas mencatat semua laporan terkait kasus penyakit virus corona 2019 itu dari seluruh daerah. Namun mereka tidak bisa mempublikasikannya karena bukan juru bicara pemerintah.

"Kami punya data dua-duanya," kata Agus. "BNPB kumpulkan data dari daerah dan Kemenkes, kami sandingkan. Tapi karena jubirnya Pak Yuri, jadi apa yang disampaikan Pak Yuri itu yang kami publikasikan."

Hal senada sebelumnya juga disampaikan oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Ia menilai jika pemerintah pusat cenderung lamban dalam menangani kasus corona (COVID-19) di negeri ini.

Menurutnya, masih ada banyak kasus corona yang belum terungkap di luar sana. Kasus corona disebutnya bisa jadi lebih banyak dari jumlah yang diumumkan oleh pemerintah. Hal itu disebabkan karena terbatasnya jumlah tes yang dilakukan.

Ia kemudian membagikan pengalaman menggelar rapid test massal terhadap warganya. Dari 15 ribu tes yang dilakukan, didapati ada 677 orang yang positif terinfeksi corona.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait