Ketua Gugus Tugas Corona Akui Alat Rapid Test Yang Dimiliki Tak Akurat
bnpb.go.id
Nasional

Letjen TNI Doni Monardo tak menampik bahwa produk rapid test yang dimiliki Indonesia saat ini masih kurang akurat untuk mendeteksi kasus positif COVID-19.

WowKeren - Rapid test massal menjadi salah satu metode yang diterapkan pemerintah untuk mengatasi wabah virus Corona di Indonesia. Namun banyak yang mengkritik kebijakan ini "sekadar buang-buang uang" karena hasil tes yang dinilai tak akurat.

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Letjen TNI Doni Monardo pun angkat bicara soal simpang siur yang ada. Menariknya, dalam pernyataannya, Doni tak ragu membenarkan bila alat rapid test yang dimiliki tak efektif dan akurat.

Doni pun membenarkan bila pemerintah memilih opsi rapid test karena harganya yang lebih murah. Oleh karenanya, Doni yang juga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ini menyatakan pemerintah mulai memilih kembali opsi pengambilan sampel lendir hidung atau tenggorokan dan diuji dengan PCR.

"Ternyata juga rapid test ini tidak semuanya efektif," terang Doni dalam Rapat Kerja Komisi VIII DPR RI, Senin (6/4). "Oleh karenanya ke depan kita lebih banyak mendatangkan PCR test."

Menurut Doni, rapid test kerap memberikan hasil false positif maupun negatif. Sebab ketika sampel dari subyek yang sama diperiksa dengan PCR, hasilnya bisa berbeda.


Sebagai contoh, acap kali ada hasil pemeriksaan pasien positif COVID-19. Namun kemudian dilakukan tes kedua lewat PCR, hasilnya berubah menjadi negatif. Kejadian sebaliknya pun sering kali terjadi.

Namun demikian, Doni memastikan pemerintah tak akan meninggalkan rapid test sepenuhnya. Hanya saja pemerintah saat ini sedang mencari produk rapid test yang paling akurat sebagai pendamping PCR.

"Kami coba kumpulkan semua jenis rapid test," tuturnya, seperti dilansir dari CNN Indonesia. "Nanti mana yang paling akurat, itu yang akan kita perbanyak."

Sejauh ini, dilansir dari CNN Indonesia, sudah ada sekitar 500 ribu alat rapid test yang didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia. Di DKI Jakarta sendiri ada puluhan ribu alat rapid test yang sudah didistribusikan terlebih dahulu.

Sebelumnya sejumlah daerah berisiko tinggi terjangkit COVID-19. Lewat metode rapid test ini sejumlah daerah "panen" pasien positif, seperti misalnya Bandung dan Sukabumi.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru