Polusi Udara Disebut Tingkatkan Kematian Akibat Virus Corona, WHO Beri Penjelasan
AFP
Dunia

Kematian akibat virus corona (COVID-19) dinilai dipengaruhi oleh sejumlah faktor, salah satunya adalah polusi udara. Lantas apa kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)?

WowKeren - Polusi udara disebutkan turut meningkatkan angka kematian akibat virus corona (COVID-19) di dunia. Tingkat polusi udara yang tinggi sebelum pandemi di suatu negara telah meningkatkan risiko pasien COVID-19 meninggal ketimbang di negara lain yang polusinya lebih bersih.

Dilansir The New York Times, pernyataan tersebut berdasarkan hasil studi sejumlah peneliti dari Universitas Harvard, Amerika Serikat (AS). Analisis tersebut dilakukan dengan meneliti 3.080 negara bagian AS.

Selama berminggu-minggu, sejumlah pejabat kesehatan masyarakat menduga adanya hubungan udara kotor dengan risiko kematian akibat virus corona. Analisis peneliti Harvard lantas mengungkapkan adanya hubungan antara kematian akibat virus corona setelah terkena polusi udara dalam jangka panjang.

"Hasil dari makalah ini menunjukkan bahwa paparan jangka panjang terhadap polusi udara meningkatkan kerentanan untuk mengalami hasil COVID-19 yang paling parah," jelas pemimpin penelitan, Francesca Dominici seperti dilansir dari The New York Times, Selasa (7/4). "Studi ini memberikan bukti bahwa negara-negara yang memiliki lebih banyak polusi udara akan mengalami risiko kematian yang lebih tinggi karena COVID-19.”

Sebagai contoh, ditemukan bahwa seseorang yang hidup selama beberapa dekade di sebuah negara dengan tingkat polusi tinggi. Maka orang tersebut lebih mungkin meninggal akibat virus corona daripada seseorang di daerah dengan polusi yang lebih rendah.

Wuhan dan kota-kota di utara Italia terkenal dengan cemaran udara tinggi dan menjadi kawasan yang dihantam wabah COVID-19 paling parah. Data awal yang dihimpun menunjukkan indikasi, partikel yang berdiameter lebih kecil dari 2,5 micron atau disebut PM2,5 diduga memainkan peranan sangat besar dalam sistem layanan kesehatan.


Partikel yang lebih halus dari diameter rambut manusia ini, bisa menembus pelindung paru-paru dan memasuki aliran darah. Kondisi ini meningkatkan risiko penyakit paru-paru dan jantung. Maka jika ditambah terkena virus corona, risiko kematian akan semakin besar.

Meski demikian, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan terlalu dini untuk mengkaitkan polusi udara dengan tingginya tingkat kematian akibat infeksi virus corona. Pasalnya, pandemi ini baru saja melanda dunia.

Namun, WHO tetap mengimbau agar negara-negara dengan serius turut memerangi polusi udara. Salah satu langkah yang bisa diambil oleh setiap orang adalah untuk berpartisipasi mengurangi pencemaran udara adalah tidak merokok.

"Apakah ada korelasi antara COVID-19 dan pencemaran udara, kita tetap harus mereduksi polusi udara, tak peduli apapun efeknya", ujar Direktur Kesehatan Publik dan Lingkungan, Maria Neira. “Stop merokok dan turunkan tingkat pencemaran udara, itulah rekomendasi yang dapat kami berikan, walau tanpa lebih banyak bukti lainnya.”

Hal senada juga diungkapkan oleh peneliti dari Jerman. Direktur Kimia Atmosferik di Max Planck Institute Jerman, Jos Lelieveld menekankan pentingnya mengurangi polusi udara karena dapat menurunkan tingkat kematian akibat masalah kesehatan.

”Mereduksi polusi udara untuk mendukung kesehatan itu bagus,” terang Jos Lelieveld. “Bahkan itu membantu menurunkan prakondisi yang dapat memacu virus corona atau asma.”

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru