Peneliti Inggris: Virus Corona Seperti Serigala Berbulu Domba, Tapi Lemah
Dunia

Profesor Max Crispin asal Inggris membeberkan satu kelemahan besar yang dimiliki oleh virus Corona. Harapannya kelemahan ini menjadi kunci pengembangan vaksin COVID-19.

WowKeren - Peneliti dari berbagai wilayah Indonesia melakukan sedaya upaya untuk bisa menemukan vaksin yang bisa digunakan untuk mengobati COVID-19. Tentu saja pembuatan vaksin ini harus disesuaikan dengan sifat-sifat biologis mikroba tersebut.

Salah satunya seperti kelemahan yang baru-baru ini disampaikan oleh seorang peneliti asal Universitas Southampton, Inggris, Professor Max Crispin. Crispin menyebut virus Corona memiliki kelemahan besar di perisai alias selubung pelindungnya.

Peneliti Inggris belum lama ini mengembangkan model virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19. Dari sana mereka bisa memperkirakan bagaimana virus itu menyembunyikan diri di dalam tubuh manusia sampai akhirnya menyerang tanpa ampun.

Dari model itu terlihat bahwa virus Corona dilengkapi dengan sejumlah "duri" di permukaannya. Duri-duri itulah yang digunakan oleh virus untuk menempel serta memasuki sel di dalam tubuh manusia.

Kelemahan itu pun ditemukan di duri-duri ini. Sebab menurut Crispin, duri-duri tersebut diselubungi dengan senyawa gula bernama glikan, yang berfungsi menyembunyikan protein penyebab penyakit. Protein inilah yang lantas menimbulkan gejala di tubuh individu terjangkit.


"Dengan melindungi tubuhnya seperti itu, virus tak ubahnya seperti serigala berbulu domba," terang Crispin, dilansir dari Sky News, Kamis (9/4). Namun nyatanya ada kelemahan besar di bagian penyelubung duri virus ini.

Menurut Crispin, bila dibandingkan dengan virus-virus lain, sejatinya SARS-CoV-2 justru tak sekuat mereka. Sebab gula pelindung tubuh virus ini sangat tipis bila dibandingkan virus lain.

"Virus seperti HIV, yang bisa 'berkeliaran' di tubuh inang, harus selalu masuk ke dalam sistem imun manusia, mereka memiliki selubung glikan yang sangat kuat," jelas Crispin. "Namun virus Corona, justru memiliki selubung glikan yang jauh lebih sedikit karena sifatnya yang 'hit and run' atau mudah tertular ke orang lain."

Kondisi ini jelas tak boleh disia-siakan oleh para peneliti. Sebab dengan selubung pelindung yang "lemah", virus tentu jauh lebih mudah dikalahkan.

"Ini merupakan kabar baik untuk produksi vaksin," pungkasnya. Namun ia tak menampik bahwa pengembangan vaksin masih memerlukan waktu yang lama.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait