Sudan Lockdown, Mahasiswa Aceh Yang Kuliah Disana Ceritakan Sanksi Jika Nekat Langgar Aturan
Dunia

Mahasiswa asal Aceh yang berkuliah Sudan baru-baru ini menceritakan apa saja sanksi yang akan didapat jika ada yang nekat melanggar peraturan lockdown disana.

WowKeren - Sudan menjadi salah satu negara di dunia yang menerapkan kebijakan lockdown dalam mengantisipasi penyebaran virus corona. Pemerintah Sudan diketahui mulai menerapkan lockdown sejak Sabtu (18/4) lalu.

Saat ini, banyak mahasiswa asal Indonesia yang melanjutkan kuliah di Sudan dan terkena imbas keputusan lockdown tersebut. Sebanyak 90 mahasiswa asal Aceh tercatat telah menimba ilmu di salah satu negara Benua Hitam itu.

Ketua Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Sudan, Muammar Hanafiah menceritakan aturan yang diterapkan di Sudan sejak lockdown diberlakukan. Warga yang nekat keluar rumah dan keluyuran tidak jelas akan langsung didenda hingga Rp2,8 juta.

”Sejak lockdown total warga dilarang keluar rumah,” kata Muammar Hanafiah dalam keterangan tertulisnya, seperti dilansir dari Detik pada Selasa (21/4). “Pemerintah Sudan juga menerapkan sanksi bagi yang melanggarnya dengan nominal denda SDG 5.000 sampai SDG 20.000 atau berkisar Rp 700 ribu sampai dengan Rp 2,8 juta.”

Akibatnya, saat ini berbagai mahasiswa asal Aceh yang berada disana harus selalu berdiam di rumah. Terlebih, aktivitas perkuliahan juga telah dibubarkan oleh pemerintah semasa pandemi berlangsung.

Sejumlah kebijakan tersebut tentunya sangat mengganggu proses pendidikan dan keberadaan mahasiswa asing di Sudan. Apalagi, harga-harga barang disana diceritakan telah melambung tinggi.


Muammar juga menceritakan telah terjadi kelangkaan bahan bakar di Sudan. Kini, mahasiswa berusaha bertahan hidup dengan menggunakan arang untuk memasak makanan setiap harinya.

Lebih lanjut Muammar mengungkapkan jika Pemerintah Indonesia telah memberikan bantuan kepada mereka semua melaui kedutaan. Bantuan yang diberikan adalah sembako, perlengkapan kesehatan, hingga pulsa telepon.

Meski demikian, Muammar mengatakan jika bantuan tersebut belumlah cukup bagi mahasiswa perantau di Sudan. Terlebih, kondisi keamanan disana juga semakin rawan dengan meningkatnya kasus pencurian.

"KBRI Khartoum telah memberikan paket bantuan berupa sembako,” kata mahasiswa Program Magister Jurusan Hadis pada International University of Africa ini. “Perlengkapan kesehatan dan pulsa telepon kepada seluruh kekeluargaan di Sudan, termasuk kepada KMA.”

”Akan tetapi karena panjangnya masa lockdown, bantuan tersebut belum mencukupi,” sambungnya. “Apalagi kondisi yang demikian mengakibatkan kerawanan keamanan sehingga semakin meningkatnya kasus pencurian dan perampokan terjadi baik pada masyarakat umum.”

Tidak hanya masalah tersebut, isu rasisme juga marak terjadi di Sudan. Muammar menceritakan jika disana sering terjadi rasisme kepada orang Asia mengingatk virus corona pertama kali muncul di Wuhan, Tiongkok pada Desember 2019 silam.

”Krisis ini diperparah dengan terus merebaknya wabah COVID-19,” ungkap Muammar. “Bahkan terjadi rasisme terhadap warga asing, khususnya Asia, dikarenakan wabah ini awal munculnya di Asia, Wuhan, China.”

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru