Ini Yang Bisa Dipelajari Indonesia Dari Pelacakan Kasus COVID-19 di Korsel
Dunia

Profesor Biologi Sel dari Universitas Dongseo, Kota Busan, Justin Fendos, mengungkapkan luasan operasi pelacakan kasus corona atau COVID-19 di Korea Selatan.

WowKeren - Korea Selatan sempat menjadi negara yang paling parah terdampak virus corona (COVID-19) di luar Tiongkok pada akhir Februari 2020 lalu. Namun kini pandemi corona di Korsel nampaknya sudah dapat terkendali, meski belakangan kembali ada peningkatan kasus COVID-19 klaster kelab malam di Itaewon, Kota Seoul. Lantas apa yang bisa dipelajari Indonesia dari penanganan COVID-19 di Negeri Ginseng ini?

Salah satu senjata utama Korsel dalam melawan pandemi corona ini adalah data atau kumpulan informasi mengenai pergerakan penduduknya. Luasan operasi pelacakan kasus COVID-19 di Korsel diungkapkan oleh Profesor Biologi Sel di Universitas Dongseo, Kota Busan, Justin Fendos.

"Mereka mengambil metode (pengumpulan) informasi yang biasanya dipakai aparat penegak hukum untuk menangkap orang-orang yang menghindari pajak atau melacak penjahat," jelas Fendos dilansir BBC pada Senin (18/5). "Mereka mengubah cara penggunaannya demi kesehatan masyarakat."

Menurut Fendos, ada 3 tipe informasi yang digunakan otoritas Korsel dalam pelacakan ini. Yang pertama adalah transaksi kartu kredit dan kartu debit yang menunjukkan data tempat-tempat seseorang berbelanja, makan, atau bepergian dengan jaringan transportasi.

Lalu yang kedua adalah riwayat lokasi ponsel dari operator telepon yang memberikan gambaran lokasi seseorang selagi dia terkoneksi melalui pemancar sinyal ponsel di sekitarnya. Yang ketiga adalah jaringan kamera pemantau atau CCTV Korsel yang luas.


"Anda tak hanya menemukan kamera di restoran dan kedai kopi," ungkap Fendos. "Tapi juga di sudut-sudut jalan dan tempat-tempat seperti itu untuk menangkap pelanggar aturan parkir."

Kumpulan informasi tersebut lantas dipakai demi melacak keberadaan seseorang yang tertular COVID-19. Sistem ini juga digunakan untuk menelusuri pergerakan pasien pada hari-hari sebelum dia teruji positif sehingga orang-orang yang mungkin berkontak langsung dengannya bisa diberi tahu.

"Ini sangat kuat karena informasi ini bisa digunakan untuk memberitahu orang-orang yang berada di sekitar pasien tersebut baru-baru ini. 'Tahukah Anda, Anda mungkin berisiko (tertular) sehingga mungkin Anda perlu menjalani tes'," ujar Fendos.

Metode pelacakan semacam ini mungkin sulit diterima oleh warga negara-negara Barat karena dinilai mengancam privasi. Namun, Fendos menjelaskan bahwa masyarakat Korsel sendiri tidak menentang sistem pelacakan tersebut. Menurut Fendos, masyarakat Korsel tidak mau melakukan hal-hal yang bisa melukai orang lain.

"Orang Korea sangat enggan melakukan hal-hal yang dapat melukai orang lain. Pada saat yang sama, mereka begitu enggan bertanggung jawab karena menyebabkan orang lain sakit," jelas Fendos. "Ada pula pemahaman hierarki sehingga rakyat jelata cenderung percaya apa yang diperintahkan pemerintah kepada mereka."

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru