Mampu Tingkatkan Risiko Kematian, WHO Hentikan Uji Coba Obat Corona yang Direkomendasikan Trump
AP
Dunia

Penelitian terbaru menyebutkan bahwa para pasien COVID-19 yang meninggal di rumah sakit dan mengalami komplikasi detak jantung adalah mereka yang mengonsumsi obat malaria hydroxychloroquine.

WowKeren - Pengujian obat malaria hydroxychloroquine (HCQ) sebagai pengobatan virus corona (COVID-19) telah dihentikan karena kekhawatiran akan aspek keselamatan, seperti yang diumumkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Percobaan di beberapa negara sementara ditangguhkan sebagai tindakan pencegahan," demikian tutur perwakilan WHO, dikutip dari The Jakarta Post pada Selasa (26/5).

Penghentian itu terjadi setelah studi medis baru-baru ini mengatakan obat itu dapat meningkatkan risiko pasien meninggal akibat COVID-19. Padahal, sebelumnya obat malaria tersebut sangat direkomendasikan oleh Presiden AS Donald Trump yang mengklaim hydroxychloroquine ampuh mencegah corona.

Presiden AS telah berulang kali mempromosikan obat anti-malaria tersebut, meskipun tindakannya tak sejalan dengan saran tenaga medis dan peringatan dari pejabat di bidang kesehatan yang mengatakan bahwa obat itu bisa menyebabkan masalah jantung.

Pada pekan lalu, kajian yang dimuat jurnal ilmiah, Lancet, menyebutkan penanganan para pasien COVID-19 dengan obat antimalaria hydroxychloroquine sama sekali tidak ada manfaatnya. Kemudian pada Senin (25/05), WHO mengatakan hydroxychloroquine akan dihapus dari uji coba tersebut sambil menunggu penilaian terhadap aspek keamanan.


Hydroxychloroquine diklaim aman bagi pasien malaria, serta pasien lupus atau arthritis, namun tidak ada uji klinis yang merekomendasikan hidroksiklorokuin bagi pasien yang terjangkit virus corona. Kajian terbaru melibatkan 96 ribu pasien COVID-19. Dari jumlah itu, hampir 15 ribu di antara mereka diberikan hydroxychloroquine, baik sebagai obat tunggal maupun dengan didampingi antibiotik.

Hasil kajian menyebutkan bahwa para pasien yang meninggal di rumah sakit dan mengalami komplikasi detak jantung adalah mereka yang mengonsumsi hydroxychloroquine. Tingkat kematian antara kelompok pasien COVID-19 sebagai berikut: hydroxychloroquine 18%; chloroquine 16,4%, pasien-pasien yang tidak mengonsumsi hydroxychloroquine dan chloroquine 9%.

Adapun pasien yang diberikan hydroxychloroquine atau chloroquine yang digabungkan dengan antibiotik, tingkat kematian mereka bahkan lebih tinggi. Para peneliti mewanti-wanti bahwa hydroxychloroquine sebaiknya tidak diberikan di luar uji klinis.

Ketika ditanya mengenai kajian yang dimuat jurnal Lancet ini, Koordinator Gugus Tugas Gedung Putih Penanganan Virus Corona, Dr Deborah Birx, mengatakan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) telah "sangat jelas" mengenai kerisauan mengenai penggunaan hidroksiklorokuin sebagai obat pencegahan virus corona atau perawatan pasien COVID-19.

Dr Marcos Espinal, direktur Organisasi Kesehatan Pan American, menekankan bahwa tidak ada uji klinis yang pernah merekomendasikan hydroxychloroquine sebagai obat penanganan pasien COVID-19,

(wk/luth)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru