Kasus COVID-19 di Surabaya Tembus 2 Ribu, Epidemiolog Ungkap Kapan Puncak Pandemi Terjadi
Reuters
Nasional

Menurut ahli epidemiologi Universitas Airlangga, Dr. Windhu Purnomo, dr., MS, Surabaya diprediksi akan mengalami lonjakan pasien COVID-19 jika tidak ada sanksi tegas dalam pelaksanaan PSBB jilid III ini.

WowKeren - Jawa Timur kini menjadi provinsi dengan jumlah kasus COVID-19 tertinggi kedua di Indonesia, yakni 3.939 pasien positif per Selasa (26/5). Dari 38 Kabupaten/Kota di Jatim, Surabaya menjadi wilayah dengan jumlah pasien COVID-19 tertinggi, yakni mencapai 2.118 kasus per Selasa (26/5).

Corona

Twitter/@JatimPemprov

Jumlah pasien positif COVID-19 ini diperkirakan bisa terus bertambah jika warga terus melanggar aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Menurut ahli epidemiologi Universitas Airlangga, Dr. Windhu Purnomo, dr., MS, Surabaya diprediksi akan mengalami lonjakan pasien COVID-19 jika tidak ada sanksi tegas dalam pelaksanaan PSBB jilid III ini.

"Puncak pandemi di Surabaya akan terjadi sekitar 2 minggu lagi," ungkap Windhu dilansir Basra pada Rabu (27/5). "Kalau akses masuk ke Surabaya tidak ditutup untuk para pemudik yang kembali ke kota, maka kita akan menghadapi kenaikan kasus sampai 6 ribu pasien positif COVID-19."


Lebih lanjut, Windhu juga menyatakan bahwa rumah sakit di Surabaya sudah over capacity. Sehingga lonjakan pasien tersebut akan membuat para tenaga medis kewalahan.

"Di salah satu rumah sakit Surabaya sudah ada 5 dokter yang tertular (COVID- 19). Ini karena mereka kelelahan mengurus pasien terus datang," tutur Windhu. "Tenaga medis kita sudah kewalahan, sehingga kadang mereka jadi lalai dengan keselamatan diri."

Untuk mengantisipasi penularan virus corona, Pemprov Jatim dan juga Pemkot Surabaya menggelar program "Wani Jogo" dan "Wani Ngandani" yang melibatkan RT/RW. Namun, Windhu menilai bahwa program tersebut masih belum bisa diukur efektivitasnya.

"Saya sangat menyayangkan tidak adanya sanksi yang membuat para pelanggar PSBB ini jera. Kan sudah jelas siapa yang diperbolehkan buka selama PSBB, tapi realitanya apa, toko pakaian juga buka selama PSBB," jelas Windhu. "Tapi mana ada sanksi? Mungkin teguran, tapi besok buka lagi. Kan sama saja."

Oleh sebab itu, Windhu pun berharap agar PSBB jilid III ini dapat memberikan dampak yang nyata terhadap penurunan kasus COVID-19. Karena jika tidak, maka akan terjadi ledakan kasus yang membuat para tenaga medis di Surabaya kewalahan.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru