Jadi Kenyataan, Ilmuwan Ini Ramal AS Alami Kekacauan Sosial di Tahun 2020
Dunia

Pada tahun 2012 lalu, seorang ilmuwan ahli ekologi, biologi evolusi dan matematika di Connecticut University, Peter Turchin meramalkan terjadinya kekacauan dan kekerasan besar pada Amerika Serikat di tahun 2020.

WowKeren - Sepanjang tahun 2020 Amerika Serikat kerap menghadapi persoalan terkait kekacauan dan kekerasan. Hal ini terlepas dari persoalan wabah virus corona (COVID-19) yang tak kunjung reda di Negeri Paman Sam tersebut.

Namun, perlu diketahui jika kekacauan yang terjadi pada Negeri Paman Sam tersebut ripanya telah diramalkan oleh seorang ilmuwan ahli ekologi, biologi evolusi dan matematika di Connecticut University, Peter Turchin pada tahun 2012 lalu.

Sejak awal tahun 2020 hingga saat ini, sederet peristiwa pergolakan terjadi di negara yang dipimpin Donald Trump itu. Seperti pembunuhan polisi terhadap George Floyd --orang kulit hitam-- beberapa waktu lalu telah memicu protes besar-besar dari gerakan Black Lives Matter di seluruh dunia, hingga menimbulkan kerusuhan di beberapa kota.

Bukan tanpa dasar Turchin meramalkan masalah serius di tahun 2020. Dalam artikelnya yang terbit pada tahun 2012 dalam "Journal of Peace Research", ia menganalisis kekerasan politik, termasuk kerusuhan, penggantungan dan terorisme di Amerika Serikat antara 1780 dan 2010.

Hasilnya, ia menemukan dua pola yang pertama adalah tren panjang perdamaian yang diikuti dengan meningkatnya kekerasan yang berlangsung sekitar 200 hingga 300 tahun, ditandai dengan perdamaian pada awal tahun 1800-an, kemudian terjadi pergolakan pada pertengahan tahun hingga akhir tahun 1800, dan perdamaian terwujud kembali pada pertengahan 1900-an.

Berdasarkan kurva yang ia teliti, tampaknya pola yang sama akan terus berulang sekitar setiap 50 tahun sekali. Jika dihitung sederhananya begini, kekerasan memuncak sekitar tahun 1870, 1920, dan 1970. Ini berarti, puncak kekerasan berikutnya bakal jatuh pada tahun 2020.


Menurut Turchin, bukan kebetulan pergolakan terjadi dalam siklus 50 tahun sekali. Sebab, berdasarkan catatan sejarah siklus yang sama juga berlaku di beberapa negara lainnya.

Masalah sosial seperti ketimpangan sosial ekonomi telah memicu peningkatan kerusuhan sipil dari waktu ke waktu dan menciptakan puncak kekerasan. Akibat trauma, masyarakat kemudian akan kembali mengalihkan perhatiannya demi meredam kekerasan. Perdamaian pun tercipta selama kurang lebih 20 hingga 30 tahun.

Pada titik itu, masalah akan kembali muncul dan menciptakan pergolakan. Ini terjadi secara berulang dari generasi ke generasi.

Menurut Ilona M. Otto, sosiolog dan ekonom di Potsdam Institute, kekerasan naik dan turun setelah periode pergolakan, orang-orang membuat kelompok atau lembaga, untuk menangani masalah mereka. “Setelah beberapa waktu, tantangan baru muncul dan lembaga-lembaga itu tidak lagi cocok untuk menangani masalah baru ini,” ujarnya kepada Live Science. "Jika lembaga tidak cukup fleksibel untuk berubah, hasilnya bisa berupa revolusi atau perang."

Terlepas dari perdebatan siklus gejolak tersebut, Turchin mengatakan bahwa kondisi sosial saat ini sudah memenuhi syarat terjadi pergolakan di AS. Penurunan standar hidup bagi masyarakat, meningkatkan persaingan dan konflik intra-elit.

Persaingan intra-elit adalah pertempuran untuk kekayaan dan sumber daya di antara elit global yang punya pengaruh besar pada dunia politik. “Tren ini tidak hilang dan terus berkembang ke arah yang tidak menguntungkan. Ini berarti bahwa akan ada lebih banyak pergolakan yang disebabkan oleh berbagai faktor,” ujar Turchin.

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait