Popularitas Trump Jelang Pilpres AS Semakin Merosot Gara-Gara COVID-19
Getty Images
Dunia

Berdasarkan hasil jajak pendapat, hanya 38 persen warga Amerika yang mengatakan bahwa perekonomian nasional membaik. Jumlah tersebut menurun dari 67 persen dalam jajak pendapat sebelum pandemi.

WowKeren - Menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat pada November mendatang, popularitas Presiden Donald Trump dilaporkan kian merosot. Sebuah jajak pendapat dari The Associated Press-NORC Center for Public Affairs Research menyatakan bahwa tingkat kepuasan terhadap penanganan pandemi COVID-19 yang dilakukan oleh pemerintahan Trump merosot menjadi 32 persen.

Disebutkan bahwa sebanyak 8 dari 10 orang Amerika Serikat mengatakan bahwa negaranya telah menuju ke arah yang salah. Berdasarkan hasil jajak pendapat, hanya 38 persen warga Amerika yang mengatakan bahwa perekonomian nasional membaik. Jumlah tersebut menurun dari 67 persen dalam jajak pendapat pada Januari, tepatnya sebelum pandemi.

Hambatan politik telah memicu perubahan yang tiba-tiba di Gedung Putih dan kampanye Trump. Awalnya, Trump sempat meremehkan pandemi virus corona dan mengabaikan penyebarannya yang telah meluas di seluruh dunia. Bahkan, Trump enggan mengenakan masker ketika tampil di depan publik meski jumlah kasus infeksi virus corona di AS telah menempati posisi teratas di dunia.

Namun pekan lalu Trump memperingatkan bahwa situasi negara ketika pandemi cenderung semakin memburuk. Selain itu Trump mulai mengenakan masker dan mendesak seluruh warga Amerika untuk melakukan hal serupa.

Tantangan lain terkait dengan penanganan pandemi yakni ketika Trump secara agresif mendesak seluruh sekolah agar kembali dibuka saat musim gugur. Jajak pendapat menemukan sekitar sepertiga warga Amerika menentang keputusan tersebut. Sementara hampir separuh warga Amerika setuju dengan pembukaan kembali sekolah dengan penyesuaian dan mengikuti protokol kesehatan.


Hal tersebut memberikan peluang bagi pesaing Trump, yakni Joe Biden untuk mengambil panggung. Biden bahkan disebut-sebut mengambil keuntungan dari reaksi publik terhadap tindakan pemerintah dalam menangani pandemi virus corona.

"Orang-orang lelah dengan pemerintahan yang terpecah belah dan hancur dan tidak bisa menyelesaikan sesuatu. Apa yang dirasakan orang-orang dan didapatkan dari Trump saat ini adalah kekacauan pembicaraan politik yang mementingkan diri sendiri," ujar Wakil Manajer Kampanye Biden, Kate Bedingfield.

Secara keseluruhan, 38 persen orang Amerika menyetujui kinerja presiden. Sekitar 81 persen Republikan menyetujui kinerja pekerjaan Trump, namun hanya 68 persen Republikan yang mendukung penanganannya terhadap pandemi.

Di sisi lain, menjelang pemilihan presiden pada 3 November mendatang, aksi serang Biden-Trump memang semakin memanas. Sebelumnya Biden menyebut Trump menyalakan api perpecahan lebih dulu.

Trump menuding Biden tak kompeten sebagai Presiden dengan serangkaian tudingan yang sifatnya spekulasi. Trump menyebut mantan wakil Presiden era Barack Obama itu akan melipatgandakan pajak dan "menggunduli" polisi jika terpilih menjadi Presiden AS periode mendatang.

Sedangkan Biden juga kerap mengatakan alasannya maju dalam pemilihan Presiden karena marah dengan penilaian Trump terhadap peristiwa Charlottesville, Virginia, ketika unjuk rasa supremasi kulit putih bentrok dengan anti-rasisme dan menewaskan aktivis anti-rasisme. Isu ras menjadi semakin menguat setelah George Floyd, seorang laki-laki kulit hitam tewas di tangan polisi kulit putih di Minneapolis pada Mei lalu.

(wk/luth)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru