Kasus Ebola di Kongo Terus Meningkat, WHO: Penyakit Ini Tidak Terkontrol
Reuters
Health

Direktur Program Kedaruratan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Mike Ryan, menyoroti praktik penguburan korban yang dapat menjadi momen penularan dan penyebaran Ebola pada 2018 lalu.

WowKeren - Kasus Ebola di Kongo dilaporkan terus mengalami peningkatan. Saat ini jumlah warga yang telah terserang penyakit tersebut berjumlah 60 orang.

Direktur Program Kedaruratan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Mike Ryan, mengatakan bahwa kasus Ebola di Kongo ini tidak terkontrol. "Penyakit ini aktif, tidak terkontrol," tutur Ryan dalam sebuah konferensi virtual pada Senin (27/7) waktu setempat, sebagaimana dilansir dari Reuters.

Ryan menyoroti praktik penguburan terhadap korban. Menurutnya hal itu dapat menjadi momen penularan dan penyebaran Ebola pada 2018 lalu.

Sejak Juni, sejumlah kasus Ebola terdeteksi di daerah Mbandaka. Wabah tersebut telah menyebar ke enam zona kesehatan, dengan 56 kasus tercatat. Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan saat Ebola ditemukan di daerah tersebut pada 2018 yakni sebanyak 54 kasus terkonfirmasi.

"Merespons Ebola di tengah-tengah pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung adalah kompleks, tetapi kita tidak boleh membiarkan COVID-19 mengalihkan kita dari penanganan ancaman kesehatan mendesak lainnya," kata Direktur Regional WHO untuk Afrika, Matshidiso Moeti.

Menurut Moeti, kasus-kasus Ebola yang dilaporkan saat ini berada atau tersebar di daerah terpencil di hutan hujan lebat. Respons Ebola yang sedang berlangsung menghadapi kekurangan dana. Sejauh ini WHO telah mengucurkan USD 1,75 juta yang hanya dapat bertahan beberapa pekan.


"Ini menghasilkan respons yang mahal karena memastikan bahwa responden dan persediaan mencapai populasi yang terkena dampak sangat sulit," ujarnya.

Dukungan tambahan diperlukan guna meningkatkan upaya WHO, otoritas kesehatan Kongo, dan mitra secara cepat untuk memastikan semua masyarakat yang terkena dampak menerima layanan utama. Hal itu termasuk pendidikan kesehatan dan keterlibatan masyarakat, vaksinasi, pengujian, pelacakan kontak, serta perawatan.

Dalam enam pekan, lebih dari 12 ribu orang telah divaksinasi. Selama wabah 2018 d Provinsi Equateur, butuh dua pekan untuk memulai vaksinasi. Kali ini vaksinasi dimulai dalam waktu empat hari sejak wabah diumumkan.

Sebagai informasi tambahan, epidemi ebola di Kongo mulai merebak pada Agustus 2018. Setidaknya 2,243 orang meninggal dunia karena penyakit itu.

Sementara itu, Kongo juga masih berperang dengan pandemi COVID-19. Setidaknya virus corona masih terdeteksi ada di tujuh dari 25 provinsi di Kongo. Lebih dari 3,200 kasus dan 52 kematian telah dikonfirmasi. Namun, seperti banyak negara Afrika, pengujiannya sangat terbatas dan dikhawatirkan jumlah korban sebenarnya jauh lebih tinggi.

WHO juga mengatakan bahwa ancaman tak hanya datang dari COVID-19 dan ebola, namun juga campak. WHO mengatakan sudah ada 369,520 kasus campak dan 6,779 kematian sejak 2019. "Ancaman empat kali lipat ini dapat terbukti mematikan bagi jutaan anak dan keluarga mereka," kata direktur nasional di Kongo untuk organisasi bantuan World Vision, Anne-Marie Connor.

(wk/luth)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru