Perdana Menteri Lebanon Resmi Mengundurkan Diri Usai Insiden Ledakan Beirut
Dunia

Sebelum Hassan Diab mundur, sudah ada empat menteri kabinet dan setidaknya sembilan anggota parlemen juga menyatakan berhenti menyusul insiden ledakan di pelabuhan Beirut.

WowKeren - Perdana Menteri Lebanon, Hassan Diab, resmi mengumumkan pengunduran diri di tengah krisis politik usai insiden ledakan dahsyat di Pelabuhan Beirut pada 4 Agustus lalu.

Perdana Menteri Hassan Diab menyampaikan secara langsung pengunduran dirinya dan pemerintahannya. Pengunduran diri Diab disampaikan pada Senin (10/8) malam waktu setempat, atau kurang dari seminggu setelah ledakan di Beirut terjadi.

"Hari ini kami mengindahkan orang-orang dan tuntutan mereka untuk meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab atas bencana," katanya dalam pidato yang disiarkan televisi, sebagaimana dilansir dari CNN pada Selasa (11/8). "Inilah mengapa hari ini saya mengumumkan pengunduran diri pemerintahan."

Sebelum Hassan Diab mundur, sudah ada empat menteri kabinetnya yang telah menyatakan mundur. Mereka adalah Menteri Keuangan Ghazi Wazni, Menteri Kehakiman Marie Claudie Najm, Menteri Informasi Manal Abdul Samad, dan Menteri Lingkungan Damianos Kattar. Tak hanya unsur kabinet, setidaknya sebanyak sembilan anggota parlemen juga menyatakan berhenti menyusul gelombang demonstrasi warga dalam nuansa krisis politik Lebanon ini.

Di sisi lain, hingga kini tim penyelamat masih membersihkan puing-puing bekas ledakan untuk menemukan siapa pun yang masih hidup setelah ledakan pelabuhan yang terjadi pada Selasa kemarin. Rumah sakit di ibu kota Lebanon dipenuhi dengan para korban yang terluka. Rumah sakit di sana mulai merawat banyak korban, bahkan sampai harus dirawat di lorong. Beberapa korban juga ada yang dirujuk rumah sakit lain di luar Beirut.


Kematian, cedera dan kerusakan dilaporkan terjadi di jalanan dan di gedung-gedung di wilayah Beirut. Warga Lebanon pun diminta mendonorkan darahnya jika memungkinkan untuk membantu korban yang membutuhkan donor darah.

Sebagai informasi tambahan, Presiden Lebanon, Michel Aoun, menetapkan status darurat untuk melancarkan proses evakuasi pasca insiden ledakan ini. Presiden Michael Aoun mengatakan ledakan itu berasal dari sebuah gudang dekat pelabuhan Beirut yang menyimpan 2.750 ton amonium nitrat.

Ribuan ton amonium nitrat itu disebut tersimpan secara tidak aman selama kurang lebih enam tahun. Dalam pernyataan resminya, Aoun pun bersumpah akan menjatuhkan "sanksi terberat" terhadap pihak yang bertanggung jawab atas insiden ini. Ia juga menetapkan status darurat nasional selama dua pekan terkait insiden di Beirut.

Ledakan tersebut mengakibatkan 160 orang lebih meninggal dunia dan lima ribu orang menderita luka-luka. Gubernur Beirut, Marwan Abboud, menyatakan bahwa jumlah kerugian akibat ledakan dahsyat itu ditaksir mencapai Rp217.5 triliun. Abboud mengatakan sebanyak 300 ribu penduduk Beirut kehilangan tempat tinggal karena rusak terkena dampak ledakan.

Usai ledakan, demonstrasi besar digelar pada Sabtu (8/8) menuntut pertanggungjawaban pemerintah dengan pengunduran diri. Aksi unjuk rasa tersebut kemudian berujung ricuh dengan lemparan batu dan tembakan gas air mata.

Bukan hanya peserta unjuk rasa, pemimpin Gereja Maronit Lebanon juga meminta seluruh pejabat pemerintah mengundurkan diri. Ledakan besar di Beirut menurutnya sebagai bukti kebusukan aparat negara.

(wk/luth)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait