Presiden dan Perdana Menteri Lebanon Telah Diperingatkan Soal Risiko Ledakan di Beirut Sejak Juli
Reuters
Dunia

Pada 20 Juli, seorang pejabat keamanan memperingatkan bahwa ribuan ton amonium nitrat yang disimpan di pelabuhan Beirut dapat menghancurkan ibu kota jika meledak.

WowKeren - Insiden ledakan dahsyat yang terjadi di pelabuhan Beirut, Lebanon, yang disebabkan ribuan ton amonium nitrat pada 4 Agustus lalu memang masih menjadi sorotan internasional hingga kini. Namun belakangan terungkap bahwa sebelumnya pejabat keamanan Lebanon telah memperingatkan Perdana Menteri Hassan Diab dan Presiden Michel Aoun terkait risiko ledakan tersebut sejak bulan Juli lalu.

Disebutkan bahwa pejabat keamanan ini memperingatkan Diab dan Aoun bahwa 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan di pelabuhan Beirut akan menimbulkan risiko keamanan dan dapat menghancurkan ibu kota jika meledak. Namun baik Presiden maupun Perdana Menteri sama sekali tak mengambil tindakan atas peringatan ini.

Alhasil, lebih dari dua pekan setelahnya ribuan ton bahan kimia tersebut benar-benar meledak dan menghancurkan sebagian besar kota Beirut, bahkan menewaskan ratusan orang dan membuat ribuan warga setempat terluka.

Dilansir dari Reuters pada Rabu (12/8), sebuah laporan oleh Direktorat Jenderal Keamanan Negara tentang risiko ledakan, termasuk referensi yang mengarah ke surat pribadi, sebelumnya telah dikirim ke PM dan Presiden Lebanon pada 20 Juli lalu. Seorang pejabat keamanan senior mengatakan bahwa surat itu meringkas temuan penyelidikan yudisial yang diluncurkan pada Januari, yang menyimpulkan bahwa bahan kimia tersebut perlu segera diamankan.

"Ada bahaya bahwa bahan ini, jika dicuri, dapat digunakan dalam serangan teroris," kata pejabat tersebut. "Di akhir penyelidikan, Jaksa Agung (Ghassan) Oweidat menyiapkan laporan akhir yang dikirim ke pihak berwenang. Saya memperingatkan mereka bahwa bahan ini bisa menghancurkan Beirut jika meledak."


Namun terlepas dari klaim ini Perdana Menteri Hassan Diab resmi mengumumkan pengunduran diri di tengah krisis politik usai insiden ledakan dahsyat di Pelabuhan Beirut. Hassan Diab menyampaikan secara langsung pengunduran dirinya dan pemerintahannya. Pengunduran diri Diab disampaikan pada Senin (10/8) malam waktu setempat, atau kurang dari seminggu setelah ledakan di Beirut terjadi.

"Hari ini kami mengindahkan orang-orang dan tuntutan mereka untuk meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab atas bencana," katanya dalam pidato yang disiarkan televisi. "Inilah mengapa hari ini saya mengumumkan pengunduran diri pemerintahan."

Di sisi lain, hingga kini tim penyelamat masih membersihkan puing-puing bekas ledakan untuk menemukan siapa pun yang masih hidup setelah ledakan pelabuhan yang terjadi pada Selasa kemarin. Rumah sakit di ibu kota Lebanon dipenuhi dengan para korban yang terluka. Rumah sakit di sana mulai merawat banyak korban, bahkan sampai harus dirawat di lorong. Beberapa korban juga ada yang dirujuk rumah sakit lain di luar Beirut.

Ledakan tersebut mengakibatkan 160 orang lebih meninggal dunia dan lima ribu orang menderita luka-luka. Gubernur Beirut, Marwan Abboud, menyatakan bahwa jumlah kerugian akibat ledakan dahsyat itu ditaksir mencapai Rp217.5 triliun. Abboud mengatakan sebanyak 300 ribu penduduk Beirut kehilangan tempat tinggal karena rusak terkena dampak ledakan.

Usai ledakan, demonstrasi besar digelar pada Sabtu (8/8) menuntut pertanggungjawaban pemerintah dengan pengunduran diri. Aksi unjuk rasa tersebut kemudian berujung ricuh dengan lemparan batu dan tembakan gas air mata.

(wk/luth)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru