Pembukaan Sekolah Picu Klaster COVID-19, Nadiem Dinilai Tak Punya Sense of Crisis
Nasional

Berdasarkan data Laporcovid16, lembaga independen yang mengeluarkan data-data terkait pandemi corona di Indonesia, sudah ada 6 sekolah yang menjadi klaster corona.

WowKeren - Keputusan pemerintah untuk kembali membuka sekolah tatap muka di tengah pandemi COVID-19 di Indonesia sebelumnya menuai pro kontra. Dan benar saja, baru 5 hari dibuka, sudah muncul berbagai klaster corona.

Berdasarkan data Laporcovid16, sudah ada 6 sekolah yang menjadi klaster corona. Laporcovid19 sendiri merupakan lembaga independen yang mengeluarkan data-data terkait pandemi corona di Indonesia.

"Dari awal kami tidak setuju atas pembukaan sekolah di zona yang dianggap aman oleh pemerintah," kata inisiator Laporcovid19, Irma Hidayana, Rabu (12/8). Ia juga tidak sepakat jika pembukaan sekolah didasarkan pada warna zona wilayah.

Sebab, meskipun suatu wilayah disebut zona hijau atau kuning, belum ada jaminan pasti jika kasus di wilayah tersebut benar-benar terkendali. Sehingga penyebutan zona bisa jadi salah.


"Pemerintah belum mampu mendeteksi semua kasus di seluruh kota/kabupaten," tutur Irma. "Sehingga zonasi tersebut rentan kesalahan."

Selain itu, dengan dibukanya sekolah justru bisa membuat warga merasa situasi tidak lagi bahaya. Salah satu alasan sekolah kembali dibuka adalah karena desakan orang tua murid yang mengeluhkan sulitnya akses internet untuk belajar secara online. Ini menunjukkan jika Nadiem kurang memiliki sense of crisis terhadap perlindungan nyawa anak.

"Salah satu alasan Mas Menteri (Nadiem) membuka sekolah kalau enggak salah nggak semua anak punya akses ke internet, anak mulai jenuh dan orang tua harus kembali bekerja," kata Irma. "Alasan-alasan ini menunjukkan bahwa Mas Menteri tidak memiliki sense of crisis terhadap perlindungan kesehatan dan nyawa anak sekolah."

Kebijakan untuk membuka sekolah dengan berdasarkan zona wilayah sebelumnya telah disoroti oleh epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI) Syahrizal Syarif. Ia menekankan jika pembagian zona versi pemerintah tak bisa dijadikan patokan. Hal itu disebabkan karena masih belum meratanya kapasitas tes PCR.

"Zona apapun itu dalam situasi pemeriksaan spesimen belum maksimal," kata dia dilansir CNN Indonesia. "Sebenarnya zona-zona itu meragukan di mata saya."

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait