Selain Indonesia, Mutasi Corona 10 Kali Lebih Menular Juga Ditemukan Di 3 Negara Ini
Dunia

Tidak hanya berada di Indonesia saja, ternyata mutasi virus corona tipe D614G yang disebut-sebut 10 kali lebih menular juga ditemukan di tiga negara ini. Mana saja?

WowKeren - Universitas Airlangga (Unair) Surabaya baru-baru ini melaporkan temuan terbaru mereka seputar mutasi virus corona. Mereka berhasil menemukan mutasi COVID-19 di sejumlah wilayah Indonesia yang diklaim 10 kali lebih menular dari biasanya.

Mutasi virus corona tersebut diberi nama D614G. Virus corona yang pertama muncul di Wuhan, Tiongkok pada Desember 2019 memang dilaporkan terus bermutasi seiring dengan penyebarannya di seluruh dunia.

Varian mutasi COVID-19 tersebut diklaim ilmuwan pertama ditemukan di Eropa pada Februari lalu. Mutasi D614G kemudian mulai menyebar ke Amerika Serikat (AS) hingga akhirnya masuk ke sejumlah negara Asia termasuk Indonesia.

Guru Besar Unair, Prof Chairul A Nidom mengklaim jika mutasi tersebut telah masuk ke Indonesia sejak Maret 2020 lalu. Mutasi D614G disebutkannya pertama di temukan di Pulau Jawa. Meski disebut-sebut memiliki penularan 10 kali lebih tinggi, namun Nidom menegaskan hal tersebut masih harus diteliti lebih lanjut.

”Itu kan bukan hal aneh. Sudah lama ditemukan, di Indonesia sendiri dari data yang sudah dilaporkan itu ada beberapa,” ujar Nidom seperti dilansir dari Detik, beberapa waktu lalu. “Jadi, kalau itu sebetulnya dugaan bahwa dengan perubahan atau mutasi dari (D) asam spartat ke (G) glisin di no 614 itu bisa mempercepat penularan, tetapi belum ada bukti, artinya bagaimana mempercepatnya.”

Selain di Indonesia, mutasi virus corona D614G juga ditemukan di tiga negara Asia lainnya. Berikut daftarnya:

1. Malaysia

Otoritas kesehatan Malaysia telah melaporkan jika varian mutasi virus corona D614G sudah masuk ke negaranya pada Agustus. Adapun mutasi tersebut pertama ditemukan oleh Institut Penelitian Medis Malaysia.

Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia, Noor Hisham Abdullah menjelaskan tentang penemuan mutasi tersebut. Ia menyebut mutasi D614G ditemukan pada empat kasus yang berada di dua klaster penyebaran COVID-19 di Negeri Jiran.


”Kelompok Sivagangga dan kelompok Ulu Tiram,” jelas Abdullah seperti dilansir dari The Straits Times. “Ini ditemukan 10 kali lebih menular dan mudah disebarkan oleh super-spreader individu.”

2. Singapura

Singapura juga turut mendeteksi mutasi virus corona D614G. Perwakilan dari Badan Sains, Teknologi, dan Penelitian Singapura yang bernama Dr Sebastian Maurer-Stroh menjelaskan mengenai temuan tersebut.

Dr Maurer-Stroh menyebut jika meski penularannya tinggi, namun mutasi D614G tidak selalu menjadi ganas. Bahkan, ia mengklaim jika mutasi tersebut justru membuat virus corona menjadi tidak berbahaya.

"Karena varian ini sudah beredar secara global, maka bisa ada di negara mana pun,” terang Dr Maurer-Stroh seperti dikutip dari Channel News Asia. “Dan setiap negara dengan pengawasan aktif saja sudah melihatnya, terutama terkait dengan kasus impor dari pendatang. Namun, tindakan penahanan atau pencegahan yang dilakukan ini sudah mencegah penyebaran virus ini dalam skala besar.”

3. Filipina

Masuknya mutasi D614G ke Filipina pertama dikonfirmasi oleh Philippine Genome Center (PGC). Peneliti melaporkan jika mutasi tersebut pertama ditemukan di Kota Quezon.

Pakar penyakit menular, Dr Edsel Salvana bahkan menyebut mutasi tersebut sebagai penyebab terjadinya lonjakan kasus COVID-19 di Filipina pada bulan Juli. Kecepatan penularan virus corona akibat mutasi tersebut dinilai turut memiliki andil dalam ledakan kasus disana.

”Mutasi D614G membuat virus lebih menular,” tutur Dr Salvana seperti dilansir dari GMA News Online. “Ini bisa menyebar lebih cepat dan membanjiri sistem perawatan kesehatan kita, jika kita tidak menggandakan upaya pengendalian dan bisa menyebabkan jumlah kematian secara keseluruhan yang tinggi.”

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait