Politisi PDIP, Rahmad Handoyo, membandingkan data IDI yang mencatat ada 100 dokter meninggal dunia akibat COVID-19, dengan data Kementerian Kesehatan yang menyebut 30 dokter meninggal akibat COVID-19.
- Bertilia Puteri
- Rabu, 09 September 2020 - 13:50 WIB
WowKeren - Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PDIP, Rahmad Handoyo, sempat mengungkapkan keraguannya atas kebenaran data 100 dokter meninggal dunia akibat COVID-19. Data Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tersebut dibandingkan Rahmad dengan data Kementerian Kesehatan yang hanya mencatat 30 dokter meninggal akibat COVID-19.
Menanggapi keraguan Rahmad, IDI pun memberikan penjelasan. Ketua Umum PB IDI, Daeng M Faqih, menegaskan bahwa data mereka dicatat berdasarkan laporan di lapangan.
"IDI mendapatkan data tersebut berdasarkan laporan dari lapangan," terang Daeng pada Rabu (9/9). "Dan setelah itu dilakukan konfirmasi atau cross check ke lapangan, baik ke IDI cabang/IDI wilayah setempat, teman sejawat dokter yang satu tempat kerja dengan almarhum dan ke pihak keluarga."
Lebih lanjut, Daeng pun mempersilakan pihak yang meragukan kebenaran data tersebut untuk melakukan pengecekan ke lapangan. Daeng juga menegaskan bahwa pihaknya selalu berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan terkait hal ini.
"Kalo ada pihak-hal yang bertanya silakan cross check satu persatu ke lapangan," ujar Daeng. "Iya selalu berkoordinasi (dengan Kemenkes)."
Meski demikian, Daeng menjelaskan bahwa dokter yang mendapatkan santunan kematian adalah mereka yang memenuhi syarat teknis. Dari data tersebut, tidak semua mendapat santunan karena ada yang kesulitan mengajukan bukti hingga ada pihak keluarga yang memang tidak mengajukan.
"Yang dapat santunan yang bisa memenuhi syarat-syarat teknis yang sudah ditentukan. Data dokter yang meninggal karena COVID ada yang bisa memenuhi syarat teknis untuk dapat santunan," ungkap Daeng. "Ada juga yang kesulitan tidak bisa memenuhi syarat teknis karena kesulitan mendapatkan bukti/syarat yang diminta, ada juga yang keluarganya memang tidak mengajukan."
Sebelumnya, IDI menyampaikan sudah ada 100 orang dokter yang kehilangan nyawa akibat COVID-19 per 30 Agustus 2020. Atas catatan ini, IDI kemudian mengimbau seluruh rumah sakit untuk rutin melakukan pemeriksaan dengan PCR kepada tenaga kesehatan.
(wk/Bert)