WHO Ungkap Cela Tes Corona di Jakarta dan Koreksi Hitung Kasus Meninggal RI
Nasional

WHO mendapati ada celah yang wajib diperbaiki terkait tes deteksi Corona di Jakarta. Selain itu, WHO juga mengoreksi metode hitung kasus meninggal COVID-19 oleh pemerintah.

WowKeren - Perihal lonjakan kasus positif COVID-19 di DKI Jakarta rupanya tak hanya menyita perhatian nasional tetapi juga Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). WHO sendiri mengapresiasi Jakarta menjadi salah satu dari segelintir wilayah Indonesia yang bisa memenuhi standar tes deteksi COVID-19 yakni sebanyak seribu per 1 juta penduduk tiap pekan.

Dan walau sudah memenuhi standar tersebut, jumlah kasus positif COVID-19 yang ditemukan di Ibu Kota masih sangat tinggi, bahkan terus mengalami peningkatan, yakni dari rerata 2.926 kasus per hari pada pekan sebelumnya menjadi 3.242 pasien. Dan selama 3 pekan terakhir, hanya Jakarta serta Sumatera Barat yang memenuhi kapasitas testing standar WHO.

Masalah ini pun dikaji secara mendalam WHO hingga akhirnya organisasi itu menemukan "aib" dari tes deteksi Corona di Jakarta. Rupanya tingkat pemeriksaan yang tinggi, bahkan melampaui standar WHO, karena otoritas Jakarta fokus mengulangi tes pada pasien yang sudah terkonfirmasi positif COVID-19.

Sebagai informasi, pengulangan pemeriksaan pada pasien positif COVID-19 memang diperlukan untuk memastikan virus SARS-CoV-2 sudah benar-benar pergi dari tubuh penderita selama perawatan. Namun karena pemerintah Jakarta fokus pada aspek itu, banyak kasus baru yang disebut WHO malah terlambat ditangani.


Situasi semacam ini, imbuh WHO, dikhawatirkan terjadi di seluruh Indonesia. Pasalnya WHO menyoroti jumlah spesimen yang diperiksa Indonesia pada Rabu (9/9) kemarin mencapai 29.863 buah dengan 15.335 orang yang menjalani testing. Padahal pada hari yang sama terdapat 92.330 kasus suspek yang dikonfirmasi Indonesia.

Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan yang cukup besar di antara jumlah kasus suspek dan orang yang telah diuji. "Sehingga penting untuk lebih meningkatkan kapasitas pengujian dan memprioritaskan testing untuk kasus suspek," tegas WHO dalam laporan tertulisnya tentang situasi COVID-19 di Indonesia, dilansir dari Katadata, Sabtu (12/9).

Memprioritaskan tes pada kasus suspek dapat mengurangi beban sistem kesehatan dan jumlah orang yang dikubur dengan protokol COVID-19. Pada kesempatan yang sama WHO pun menyoroti soal metode penghitungan kasus meninggal Corona di Indonesia.

Sebagai informasi, Indonesia menghitung kasus meninggal berdasarkan yang sudah terkonfirmasi positif COVID-19, padahal seharusnya dihitung dari kategori probable. Kasus probable sendiri menunjukkan orang yang meninggal dengan gambaran klinis terinfeksi COVID-19 tetapi belum ada konfirmasi hasil tes.

Selama rentang 24-30 Agustus 2020, imbuh WHO, beberapa daerah melaporkan jumlah kematian oleh pasien probable COVID-19 jauh lebih tinggi ketimbang yang sudah terkonfirmasi. "Temuan ini menunjukkan bahwa pada beberapa daerah, kasus kematian terjadi sebelum hasil pengujian keluar," terang WHO.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru