PSBB Jakarta Tuai Polemik, Epidemiolog Sebut Sudah Terlambat Jika Mau Terapkan PSBM
Nasional

Salah satu kriteria yang harus dipenuhi adalah suatu daerah harus memiliki tingkat positivity rate di bawah 5 persen. Sedangkan positivity rate di Jakarta mencapai 15 persen

WowKeren - Presiden Joko Widodo alias Jokowi turut menyampaikan pandangannya terhadap kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diberlakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Seperti disampaikan oleh juru bicara presiden, Fadjroel Rachman, Jokowi meyakini jika pembatasan sosial berskala mikro atau PSBM lebih efektif dibanding PSBB. Namun, anggapan ini rupanya dibantah oleh epidemiolog dari Universitas Griffith, Dicky Budiman.

Menurut Dicky, sekarang ini sudah terlambat jika PSBM akan diterapkan di Jakarta. Sebab, PSBM juga tidak bisa sembarangan dilakukan. Salah satu kriteria yang harus dipenuhi adalah suatu daerah harus memiliki tingkat positivity rate di bawah 5 persen. Sedangkan positivity rate di Jakarta mencapai 15 persen.

"Saat ini tidak akan terlalu efektif," kata Dicky dilansir Kumparan, Senin (14/9). "Karena strategi ini hanya efektif pada situasi wabah yang relatif terkendali atau di test positive rate 5 persen ke bawah."


Pada dasarnya, konsep PSBM sudah diterapkan Jakarta pada masa PSBB transisi lalu. Hal ini terlihat dari pemantauan dan pengawasan kasus corona yang dilakukan di tingkat RW, kelurahan, kecamatan, kota/kabupaten. Namun rupanya, cara ini tak efektif menekan penyebaran corona. Bahkan kasus dan kematian akibat corona sejak 31 Agustus hingga 11 September 2020 mengalami lonjakan.

Selain itu, PSBM tak lagi efektif diterapkan di Jakarta lantaran penyebaran virus ini sudah relatif merata di semua daerah. Sehingga PSBB yang diterapkan Anies mulai hari ini menurutnya sudah tepat. "Ibarat kebakaran, saat ini klaster sudah dimana-mana, dan artinya penularan sudah menyebar, jadi tidak efektif lah," pungkas Dicky.

Sebelumnya, Fadjroel menyampaikan jika Kepala Negara yakin PSBB lebih efektif untuk diterapkan di Jakarta. PSBM dilakukan untuk membatasi aktivitas masyarakat dalam lingkungan komunitas.

"Presiden menekankan, berdasarkan pengalaman empiris dan pendapat ahli sepanjang menangani pandemi COVID-19," ujar Fadjroel seperti dilansir dari CNN Indonesia, Senin (14/9). "Pembatasan Sosial Berskala Mikro/Komunitas lebih efektif menerapkan disiplin protokol kesehatan."

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru