Debat kedua calon Presiden Amerika Serikat (AS) bakal digelar secara virtual setelah Donald Trump dinyatakan positif terinfeksi COVID-19. Namun, Trump mengutarakan penolakannya untuk menghadiri debat tersebut.
- Nidya Putri
- Jumat, 09 Oktober 2020 - 10:53 WIB
WowKeren - Debat kedua calon Presiden Amerika Serikat (AS) bakal digelar secara virtual. Keputusan itu diambil setelah Donald Trump dinyatakan positif virus corona.
"Debat kedua akan berbentuk rapat, di mana para kandidat akan berpartisipasi dari lokasi terpisah," kata Komisi Debat Capres AS dalam lewat pernyataan resmi dilansir CNN, Jumat (9/10). Debat tersebut nantinya akan mengusung format town hall meeting.
Debat kedua yang rencananya digelar pada 15 Oktober itu akan dipimpin oleh Steve Scully selaku moderator. Steve Scully merupakan Produser Eksekutif Senior & Editor Politik, C-SPAN Networks.
Pool Gedung Putih akan menyajikan liputan debat kedua. Komisi debat memutuskan melakukan perombakan format setelah Trump dinyatakan terinfeksi virus corona.
Sebelumnya, capres dari Partai Demokrat Joe Biden mengaku tak ingin melanjutkan debat apabila Trump masih belum dinyatakan sembuh dari COVID-19. “Jika dia (Trump) masih mengidap COVID-19, kita tidak boleh berdebat,” ujarnya.
Bila para ahli menyatakan kondisi Trump pada debat berikutnya aman atau tidak bermasalah, Joe Biden mengungkapkan opsi dalam pelaksanaannya. “Jika para ahli mengatakan aman, dan jaraknya aman. Maka, saya pikir tidak apa-apa,” lanjutnya.
Di lain sisi, Trump mengutarakan penolakannya terhadap format baru debat tersebut. Ia bahkan mengaku tidak mau menghadiri debat kedua capres jika dilangsungkan secara virtual. "Saya tidak akan melakukan debat virtual. Saya tidak akan membuang waktu saya untuk debat virtual," katanya dilansir Fox Business.
Sementara itu, debat antar calon Wakil Presiden (Wapres) AS telah digelar pada Rabu (6/10) malam waktu setempat. Dalam debat tersebut Kamala Harris dan Mike Pence membahas sejumlah topik, mulai dari penunggakan pajak Donald Trump, vaksin COVID-19, pandemi virus corona, perang dagang Amerika Serikat-Tiongkok, hingga perubahan iklim.
(wk/nidy)