Kerap Dipakai Saat Demo, Gas Air Mata Ternyata Bisa Perburuk Penularan COVID-19
Nasional

Gas air mata akan membuat orang menangis dan hal ini akan membawa pada kondisi hidung dan mulut yang terus mengeluarkan lendir hingga bisa memperburuk penularan virus

WowKeren - Gas air mata menjadi salah satu "senjata" yang kerap dijumpai saat demo berlangsung. Senjata ini pada umumnya dipakai oleh aparat keamanan untuk membubarkan aksi massa, seperti pada saat demo penolakan Omnibus Law.

Namun, perlu diketahui jika penggunaan gas air mata rupanya mampu memperparah penularan COVID-19. Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, memberikan penjelasan terkait hal ini.

Gas air mata akan membuat orang menangis. Yang mana hal ini akan membawa pada kondisi hidung dan mulut yang terus mengeluarkan lendir.

"Gas air mata dan semprotan merica aparat akan membuat pendemo 'menangis', menyebabkan hidung dan mulut mengeluarkan lendir," kata Dicky dilansir Detik, Jumat (9/10). "Semuanya memperburuk penyebaran virus."

Seperti diketahui bersama, virus corona menular melalui droplet. Percikan ludah ketika batuk dan bersin mampu menularkan virus ini dari satu orang ke orang lainnya. Gas air mata akan memicu droplet ini keluar sehingga akan memperburuk situasi.


Memang para pendemo memakai masker. Namun hal itu tidak menjamin. "Kalaupun pakai masker, maka dia tidak akan kuat pakai masker. Akibatnya, masker tidak dipakai lagi," ujar Dicky.

Terlebih lagi, aksi demo sarat akan kerumunan. Sehingga hal ini sangat berisiko meningkatkan penularan COVID-19. Belum lagi saat para demonstran datang secara rombongan ke lokasi dengan menggunakan KRL, bus, atau truk.

Dicky kemudian mencontohkan demo yang terjadi beberapa waktu lalu di Melbourne, Australia. Sangat sulit untuk menerapkan protokol jaga jarak sehingga penularan via droplet dan aerosol potensial terjadi. Dan skenario terburuk pun terjadi, dimana Melbourne akhirnya harus lockdown karena kemunculan klaster demo.

"Penularan via droplet dan aerosol potensial terjadi. Itu terjadi benar di Melbourne saat demo Black Lives Matter, dan akhirnya menjadi klaster tersendiri," jelas Dicky. "Melbourne harus lockdown tak berapa lama setelah itu."

Mobilitas massa dalam jumlah besar akan memperburuk kasus COVID-19 di Indonesia. "Yang harus dilakukan pemerintah adalah memastikan kesiapan fasilitas kesehatan di setiap wilayah," pungkasnya.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait