Dipaksa Ngaku Jadi Provokator, Mahasiswa UGM Curhat Jadi Korban Kekerasan Demo UU Ciptaker
Nasional

Seorang mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) curhat telah menjadi korban kekerasan dari aparat keamanan, dipaksa ngaku jadi provokator demo UU Ciptaker. Ini pengakuannya.

WowKeren - Seorang mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mengaku telah menjadi korban kekerasan aparat keamanan dalam demo penolakan UU Omnibus Law Cipta Kerja. Akibatnya, mahasiswa bernama Akhfa Rahman Nabiel (20) ini harus dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara, Kalasan, Sleman.

Nabiel mengaku jika dirinya merasakan sesak nafas hingga sekarang akibat tendangan bertubi-tubi dari aparat keamanan. Ia juga mengalami lebam pada wajah akibat dipukul oleh aparat keamanan saat sedang diinterogasi di salah satu ruang gedung DPRD DIY.

Kronologi Nabiel ditangkap aparat keamanan ini bermula saat ia memutuskan ikut aksi demonstrasi di depan pintu masuk gedung DPRD Yogyakarta, kawasan Malioboro pada Kamis (8/10) lalu. Ia saat itu memang datang terlambat dan menyusul menggunakan sepeda motor sambil membawa dua kardus air mineral.

Selanjutnya Nabiel memarkirkan kendaraannya di area parker Abu Bakar Ali dan mulai bergabung kelompok mahasiswa UGM sambil membagikan air mineral. Saat berdemo, ia berada di posisi paling depan.

Kelompok Nabiel kemudian sampai di depan pintu masuk kompleks DPRD, dimana demo akhirnya demo berlangsung ricuh. Menurut pengakuannya, aparat keamanan terprovokasi dengan ulah demonstran yang dilakukan oleh para remaja. Di tengah situasi kekacauan tersebut, Nabiel terpaksa mundur hingga masuk aula DPRD bersama polisi.

”Empat personil diganggu massa, saya yakin anak SMA atau SMK. Satu personil terprovokasi, kebetulan posisi saya pas di belakang personil itu,” cerita Nabiel seperti dilansir dari Today Line, Sabtu (10/10). “Mulai bentrok dan ricuh, saya ikut mundur bersama polisi, saya masuk ke aula DPRD.”


Saat berlindung di aula DPRD, Nabiel didatangi oleh seorang aparat keamanan berseragam yang mulai menginterogasi dirinya. Ia bersama dengan sejumlah demonstran lainnya langsung digiring ke lantai atas gedung DPRD oleh aparat keamanan.

Aparat keamanan lantas menghajarnya habis-habisan sambil melemparkan berbagai pertanyaan soal demo dengan nada membentak. Nabiel menceritakan ia mendapatkan banyak pukulan ke arah kepala. Tak sampai disitu, ia bahkan dipaksa mengaku sebagai provokator demo yang berakhir dengan rusuh.

Rupanya, ia dipaksa mengaku menjadi provokator setelah aparat keamanan membaca isi pekan percakapan dalam ponselnya. Padahal, percakapan tersebut diungkapkan Nabiel hanyalah candaan dengan teman-teman mahasiswa UGM lainnya terkait rencana liputan demo di Malioboro.

”Kepala dan muka saya beberapa kali dipukul, sampai gagang kacamata saya patah,” ungkap Nabiel. “Mereka anggap chat saya dengan mahasiswi ini untuk provokasi demo gedung DPRD jadi ricuh.”

Namun karena merasa tidak melakukan provokasi, Nabiel tetap tegas menolak mengaku sehingga terus mendapatkan pukulan. Akhirnya menjelang senja, ia diminta berjalan jongkok dari lantai tiga gedung DPRD menuju mobil bak terbuka dan dibawa ke Malporesta Yogyakarta bersama sejumlah pendemo lainnya.

Saat sampai di Malporesta Yogyakarta, Nabiel berada dalam kondisi fisik yang lemas sehingga hampir pingsan. Ia langsung mendapatkan pertolongan dari petugas kepolisian dan kemudian dilarikan ke rumah sakit.

Terakhir, mahasiswa Fakultas Filsafat UGM angkatan 2017 ini mengaku sangat bersyukur bisa selamat dari kerusuhan demo. “Saya diminta tetap semangat, tetap pikir positif. Saya ingin masalah ini cepat selesai dan bisa kuliah kembali,” pungkasnya.

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru