Kabar Baik, Jatim Masih Belum Ada Lonjakan Kasus COVID-19 Usai Demo Omnibus Law
Nasional

Satgas COVID-19 Jawa Timur melaporkan tak ada kenaikan kasus COVID-19 dalam beberapa hari terakhir pasca demonstrasi penolakan UU Omnibus Law CIpta Kerja digelar.

WowKeren - Demo menolak Omnibus Law Cipta Kerja yang digelar oleh para buruh dan mahasiswa pada 6-8 Oktober lalu dikhawatirkan menjadi ajang penularan COVID-19. Pasalnya, aksi tersebut digelar di sejumlah daerah di Indonesia tak terkecuali Jawa Timur.

Satgas COVID-19 Jawa Timur masih memonitor tren kenaikan kasus dalam beberapa hari terakhir. "Sampai hari ini belum termonitor kenaikan kasus. Masih seperti kemarin rentangnya di angka 300-an kasus," kata Anggota Satgas COVID-19 Jawa Timur dr Makhyan Jibril, Senin (12/10).

Menurut perhitungan Pakar Epidemiologi, Jibril menyebut kenaikan kasus karena klaster atau peristiwa tertentu akan muncul setelah seminggu dari awal penyebaran. Semisal aksi dilakukan pada Kamis (8/10), maka kasus akan muncul dan tercatat pada Kamis (15/10).

"Kalau menurut epidemiologi, kemungkinan kenaikan kasus baru akan muncul satu minggu setelah kontak terjadi, karena ada masa inkubasi seminggu," terangnya. Satgas COVID-19 Jatim higga saat ini masih memonitor tren kenaikkan kasus akibat demo tersebut.

Di Jatim sendiri, kasus COVID-19 pasca digelarnya demonstrasi tolak UU Omnibus Law berada di kisaran angka 300. Tercatat pada Jumat (9/10) ada 310 kasus baru.


Lalu Sabtu (10/10) ada 310 kasus baru juga dan pada Minggu (11/10) ada 269 kasus baru. "Kita terus monitor tren kasusnya di Jatim," imbuhnya.

Sementara itu, Pakar Epidemologi dari Universitas Airlangga, dr Windhu Purnomo mengatakan demo yang dilakukan secara masif di Jatim bisa berdampak pada penularan COVID-19. "Tentu saja demo massif beberapa hari ini sangat berisiko tinggi terjadinya penularan COVID-19 di kalangan demonstran," ujarnya.

Windhu melihat para demonstran banyak yang tidak menaaati protokol kesehatan. Seperti berkerumun, tidak memakai masker dengan benar hingga tidak memakai masker sama sekali. Selain itu, para demonstran juga tidak mencuci tangan selama aksi.

"Karena mereka semua jelas berkerumun dan sebagian cukup besar tidak memakai masker dengan benar selama aksi, apalagi cuci tangan," jelasnya. Selain menjadi ancaman penyebaran COVID-19 bagi para demonstran, aparat keamanan bisa berpotensi tertular virus Corona lantaran mengamankan lokasi.

Sedangkan kondisi di lapangan saat aksi hingga ricuh berkerumun tanpa jarak. "Tidak hanya demonstran. Tapi dan para aparat keamanan, karena mereka semua jelas berkerumun," imbuhnya.

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru