Ramah Lingkungan, Plastik Singkong Bisa Dipakai Bungkus Jenazah COVID-19 Menurut Unpad
Getty Images
Nasional

Berbahan ramah lingkungan, mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad) sedang melakukan penelitian mengenai penggunaan plastik singkong untuk membungkus jenazah pasien virus corona (COVID-19).

WowKeren - Mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad) tengah mengembangkan inovasi plastik ramah lingkungan (biodegrable) untuk membantu penanganan pandemi virus corona di Indonesia. Plastik ramah lingkungan berbahan dasar pati singkong ini sedang diteliti agar bisa digunakan sebagai alternatif pembungkus jenazah COVID-19.

Penelitian ini dilakukan oleh tiga mahasiswa Unpad, yakni Adira Rahmawaty, Muhammad Ilfadry Rifasta, dan Salsa Sagitasa. Ketiganya berasal dari Fakultas Farmasi Unpad. Rupanya, mereka berniat membuat inovasi tersebut karena tergerak untuk berkontribusi dalam penanganan pandemi virus corona di Tanah Air.

Salah satu penggagas plastik pati singkong, Adira menjelaskan penelitian ini dilakukan dengan membuat kajian analisis dan literature review. Ia mengaku selain prihatin dengan angka kematian akibat virus corona di Indonesia, isu lingkungan juga menjadi perhatian serius mereka.

Selama ini, penanganan jenazah COVID-19 di Indonesia mengikuti rujukan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Untuk menghindari penularan virus corona, jenazah akan dibungkus dengan menggunakan plastik yang tebal dan dimasukkan ke dalam peti mati agar cairannya tidak bocor.

Namun, penggunaan plastik dalam pemakaman pasien virus corona tersebut dinilai akan mencemarkan lingkungan. Pasalnya, plastik merupakan komponen yang akan terurai minimal 100 tahun lamanya.


”Kami tergerak hatinya karena melihat angka tambahan positif dan yang meninggal karena COVID-19 di Indonesia terus bertambah," kata Adira seperti dilansir dari Detik, Rabu (14/10). “Dan kami berpikir jika banyak plastik yang digunakan untuk menjadi pembungkus penanganan mayat COVID-19 ini bagaimana kondisi lingkungan yang akan datang.”

Pemilihan pati singkong ini sendiri untuk mendukung pembuatan plastik ramah lingkungan. Adira menerangkan pati singkong dipilih dari ketersediaan Sumber Daya Alam (SDA) yang menunjang untuk proses pembuatan plastik biodegradable.

”Berdasarkan data yang kami peroleh dari berbagai sumber jurnal, produksi singkong di Indonesia pada 2019 itu menduduki peringkat ke-4 dunia dengan kapasitas produksi mencapai 20-21 juta ton pertahun,” jelas Adira. “Hal ini menandakan ketersediaan singkong di Indonesia sangat melimpah.”

”Sudah banyak penelitian menunjukkan bahwa waktu degradasi dari plastik yang terbuat dari pati singkong ini lebih cepat yaitu rentan waktunya 12 hari sampai 6 bulan,” sambungnya. “12 hari ini untuk plastik yang berukuran 10 milimeter persegi sedangkan yang 6 bulan ini untuk plastik yg berukuran 2 meter persegi.”

Proses pembuatan ini diawali dengan pencampuran pati singkong dengan sejumlah komposisi kitosan sebagai plasticizer. Campuran tersebut kemudian dipanaskan dalam suhu tinggi sehingga tercampur dan cair. Selanjutnya cairan dituangkan ke dalam cetakan dan dikeringkan dalam oven selama 24 jam. Terakhir, material didinginkan oleh desikator dan dibiarkan sampai terbentuk film plastiknya.

Sejauh ini, Indonesia memang telah memiliki produk plastik ramah lingkungan dari pati singkong. Namun, plastik tersebut mudah sobek dan rapuh. Oleh sebab itu, Adira dan timnya akan menambahkan zat tambahan untuk meningkatkan ketahanan plastik ramah lingkungan tersebut. Zat tambahan yang dimaksud adalah gliserol, sorbitol, aloe vera, dan minyak kayu manis.

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru