FBI Belum Temukan Penyebab Ledakan Lebanon Hingga Kini
Dunia

Meski ledakan disebut disebabkan oleh amonium nitrat, tapi sejumlah pihak masih mempertimbangkan kemungkinan bahwa ledakan itu adalah serangan yang sengaja dilakukan.

WowKeren - Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) belum bisa menemukan kesimpulan pasti tentang penyebab ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut, Lebanon, yang terjadi pada 4 Agustus lalu. Sebagaimana diketahui, insiden tersebut menewaskan hampir 200 orang dan menyebabkan kerusakan miliaran dolar AS.

Badan pemerintah AS dan Eropa lainnya yang mengikuti penyelidikan ledakan sangat yakin bahwa ledakan itu tidak disengaja. "Tidak ada kesimpulan seperti itu yang dicapai," kata juru bicara FBI.

FBI mengutip pernyataan sebelumnya yang menyatakan memberikan bantuan investigasi kepada Lebanon dalam penyelidikan. "Pertanyaan lebih lanjut harus ditujukan kepada pihak berwenang Lebanon sebagai penyelidik utama," lanjut juru bicara tersebut.

Sebelum penyataan itu, media Lebanon mengabarkan bahwa laporan FBI tentang ledakan itu diserahkan kepada hakim Lebanon pada Senin (12/10) waktu setempat. Namun, FBI menolak mengomentari laporan tersebut.

Badan pemerintah AS secara terbuka belum menyampaikan pernyataan atau materi apa pun mengenai pandangan penyelidik maupun badan intelijen AS tentang penyebab ledakan di Beirut.


Namun sumber pemerintah AS secara pribadi mengungkapkan, berdasarkan bukti yang ada, badan-badan AS yakin bahwa ledakan di gudang tempat penyimpanan amonium nitrat kemungkinan besar merupakan sebuah kecelakaan. Meski begitu, mereka masih mengumpulkan data dan masih mempertimbangkan kemungkinan bahwa ledakan itu seperti serangan yang sengaja dilakukan.

Di sisi lain, sebelumnya penyelidikan internasional memang diserukan oleh para mantan Perdana Menteri dan warga Lebanon untuk mengetahui penyebab ledakan yang menghancurkan sebagian besar wilayah Beirut tersebut. Meskipun, sebenarnya Presiden Lebanon Michael Aoun menyatakan bahwa insiden ini disebabkan oleh meledaknya 2.750 ton amonium nitrat yang tersimpan di sebuah gudang di dekat pelabuhan selama lebih dari enam tahun.

Bahan tersebut seharusnya dikirim ke Mozambik dari Georgia. Namun kapal tidak diizinkan meninggalkan Beirut karena belum membayar biaya pelabuhan. Kendati demikian, pemerintah Lebanon tak menutup dugaan adanya campur tangan asing dalam insiden tragis ini.

Terlepas dari hal tersebut, Presiden Lebanon Michael Aoun menyebut total nilai kerugian akibat ledakan di Pelabuhan Beirut mencapai USD 15 miliar atau setara dengan Rp221 triliun. Nilai taksiran kerugian tersebut diungkapkan Aoun saat dalam perbincangan via telepon dengan Raja Spanyol Felipe.

Ledakan tersebut menewaskan 200 orang dengan ribuan warga yang terluka, menghancurkan area hingga radius 5 kilometer. Disebutkan pula sebanyak 300 ribu penduduk Libanon kehilangan tempat tinggal layak akibat hancur atau rusak berat terdampak ledakan.

(wk/luth)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait